Kamis 02 Feb 2023 21:44 WIB

Erdogan Prihatin dengan Meningkatnya Retorika anti-Islam di Eropa

Kasus pembakaran Alquran terjadi di Eropa.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan
Foto: Turkish Presidency via AP
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan

REPUBLIKA.CO.ID,ANKARA -- Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyatakan kekhawatirannya terkait islamofobia dan anti-Islam di Eropa. Retorika yang muncul utamanya di negara-negara Skandinavia ini disebut menjadi perhatian Türkiye.

“Kami prihatin dengan meningkatnya retorika dan tindakan anti-Islam di Eropa, terutama di negara-negara Skandinavia,” kata Erdogan dalam sebuah wawancara televisi di Ankara. Hal ini merujuk pada serangan baru-baru ini terhadap kitab suci Alquran di Swedia, Denmark dan Belanda.

Baca Juga

Türkiye disebut mengharapkan langkah tulus dari Swedia dalam perang melawan Islamofobia. Pihaknya berharap Swedia dan Finlandia dapat sepenuhnya mematuhi komitmen mereka dalam nota tripartit.

Dilansir di Anadolu Agency, Kamis (2/2/2023), nota tripartit merujuk pada kesepakatan yang ditandatangani Juni lalu, antara Türkiye dan dua negara Nordik, untuk keanggotaan NATO mereka.

Ia menganggap nota kesepahaman tersebut sebagai "peta jalan". Penting bagi negara-negara yang berkaitan memenuhi janji mereka, terutama dalam perang melawan terorisme.

"Permintaan maaf dari Swedia tidak akan menyelesaikan masalah. Negara itu telah menjadi tempat berlindung yang aman bagi organisasi teroris," lanjut dia.

Erdogan juga menyebut Swedia belum memenuhi komitmennya terkait perang melawan terorisme di bawah memorandum tersebut. Hingga saat ini, kelompok teroris disebut masih melanjutkan aktivitas mereka di Swedia.

Organisasi teror dinilai telah menargetkan Türkiye dengan cara yang paling buruk. Melihat kondisi dan perkembangan terakhir, pihaknya harus menunda kunjungan Ketua Parlemen dan Menteri Pertahanan Swedia.

Serangan baru-baru ini yang menargetkan umat Islam dan menghina nilai-nilai suci adalah kejahatan kebencian. Meski dilakukan dengan kedok kebebasan berekspresi, ia menyampaikan aksi kejahatan kebencian terhadap umat Islam itu tidak dapat diterima secara terbuka.

Erdogan lantas mengharapkan sekutunya untuk mendukung masalah keamanan Türkiye. Sampai saat ini, pihaknya masih belum tidak mendukung tawaran NATO Swedia.

"Selain itu, kami mengevaluasi proses keanggotaan Finlandia secara berbeda. Jika Finlandia mengelola proses seperti sekarang, kami akan melakukan bagian kami," katanya.

Swedia dan Finlandia secara resmi mendaftar untuk bergabung dengan NATO Mei lalu. Keputusan tersebut muncul dipicu oleh perang Rusia melawan Ukraina.

Di bawah memorandum yang ditandatangani Juni lalu antara Türkiye, Swedia dan Finlandia, kedua negara Nordik berjanji untuk mengambil langkah-langkah melawan teroris, untuk mendapatkan keanggotaan dalam aliansi NATO.

Dalam perjanjian itu, Swedia dan Finlandia setuju untuk tidak memberikan dukungan kepada kelompok teror seperti PKK dan cabangnya, maupun Organisasi Teroris Fetullah (FETO), serta mengekstradisi tersangka teror ke Türkiye, di antara langkah-langkah lainnya.

Pernyataan-pernyataan Erdogan ini muncul setelah ekstremis Denmark-Swedia Rasmus Paludan pekan lalu membakar salinan Alquranan pada dua kesempatan terpisah, di luar Kedutaan Besar Turki di Swedia dan kemudian di depan sebuah masjid di Denmark.

Paludan bahkan mengatakan dia akan terus membakar kitab suci umat Islam setiap Jumat, sampai Swedia diterima di aliansi NATO.

Seorang politikus sayap kanan Belanda dan pemimpin kelompok Islamofobia Pegida, Edwin Wagensveld, juga merobek halaman-halaman Alquran di Den Haag dan membakarnya di dalam panci. Dia mengunggah video insiden tersebut di internet.  

Sumber:

https://www.aa.com.tr/en/turkiye/turkiye-concerned-by-increasing-anti-islamic-rhetoric-actions-in-europe-president-erdogan/2803868

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement