Jumat 20 Jan 2023 09:33 WIB

Islam di Thailand, Menuju Harmonisasi di Tengah Ancaman Separatisme Selatan 

Islam di Thailand mendapatkan tempat dengan populasi terbesar kedua

Rep: Umar Mukhtar / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi Muslim Thailand. Islam di Thailand mendapatkan tempat dengan populasi terbesar kedua
Foto: EPA-EFE/NARONG SANGNAK
Ilustrasi Muslim Thailand. Islam di Thailand mendapatkan tempat dengan populasi terbesar kedua

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK – Mantan Kepala Departemen Hubungan Internasional & Fakultas Ilmu Politik, Universitas Thammasat Bangkok Thailand, Prof Dr Jaran Maluleem, menyerukan dialog antara cendekiawan Buddha dan Muslim di Pakistan dan Thailand untuk mempromosikan kerukunan antaragama.

Akademisi Pakistan, yang juga Profesor Emeritus itu menyampaikan, Islam dan Buddha telah memberikan pesan universal tentang perdamaian, harmoni, dan persaudaraan dan beberapa individu yang menghubungkan militansi atau terorisme dengan Islam. 

Baca Juga

Dia menekankan, terorisme jelas tidak ada hubungannya dengan agama. Mereka, yang melakukan tindakan terorisme, adalah orang-orang yang tersesat dari jalan yang benar yaitu jalan persaudaraan semesta. 

Dia mengatakan memiliki pengalaman puluhan tahun dalam mengajar tidak hanya di Universitas Thammasat. 

"Tetapi juga di universitas lain di Thailand, tetapi saya tidak pernah melihat diskriminasi terhadap Muslim atau agama minoritas lainnya di Thailand," kata Dr Jaran Maluleem, seperti dilansir Pakistan Observer, Kamis (19/1/2023).

Faktanya, kata Maluleem, konstitusi dan undang-undang Thailand sama-sama melarang diskriminasi semacam itu. Masyarakat Thailand menerima sepenuhnya pengikut dari semua agama, dan Muslim menjadi populasi terbesar kedua (sekitar 5 persen dari total populasi) setelah umat Buddha menikmati kebebasan agama, politik, sosial, budaya dan ekonomi sepenuhnya dalam masyarakat Thailand. 

"Tidak ada paksaan atau larangan bagi anggota komunitas mana pun, apalagi Muslim untuk berpartisipasi dalam politik. Kami memiliki Menteri Luar Negeri, seorang komandan militer, Anggota Parlemen dan eksekutif bisnis terkemuka yang semuanya Muslim," katanya. 

Para pejabat itu, lanjut Maluleem, berkontribusi dalam mengangkat masyarakat Thailand yang multi-budaya dan multi-etnis.

Baca juga: Kisah Pembantaian Brutal 20 Ribu Muslim Era Ottoman Oleh Pemberontak Yunani 

Dia mengatakan, toleransi adalah inti dari Islam, dan Buddha juga mengajarkan untuk menghormati keyakinan orang lain. Dalam pengertian ini, kedua agama memiliki banyak kesamaan.

"Kami merayakan semua hari raya keagamaan kami seperti Ramadhan, Idul Fitri (Idul Fitri), Idul Adha dan bulan berkabung Moharram al-Haram tanpa masalah," jelasnya. 

Ihwal fase kebangkitan pariwisata Buddha antara Thailand dan Pakistan saat ini, Prof Jaran mengatakan, cukup menggembirakan melihat umat Buddha mengunjungi situs kuno di Taxila, Peshawar dan Celah Khyber yang pernah menjadi pusat peradaban Buddha. 

Pujian atas kebangkitan kembali pariwisata Buddhis antara kedua negara ini diberikan atas upaya tak kenal lelah dari Bhikkhu Yang Mulia Arayawangso yang melalui Diplomasi Dhamma telah menyatukan kedua negara. Padahal MV Arayawangso adalah pelopor Diplomasi Dhamma. 

MV Arayawangso merasa senang mendengar pandangan Prof Jaran dan sepakat bahwa umat Islam di Bangkok hidup damai dan harmonis dengan sesama umat Buddha, Kristen, Hindu atau komunitas lainnya. 

Dia menuturkan, ada banyak masjid di seluruh Thailand dan saudara-saudara Muslim melakukan sholat di tempat ibadah mereka seperti komunitas lainnya

Terkait adanya beberapa elemen pemberontak di bagian selatan negara itu, MV Arayawangso mengatakan mereka tidak mewakili Islam dengan menentang perintah negara. 

Dia mendesak mereka untuk menyerahkan semua senjata mereka dan kembali ke masyarakat pada umumnya, seperti saudara dan saudari Muslim lainnya di bagian lain Thailand.

 

Sumber: pakobserver   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement