Ahad 18 Dec 2022 11:10 WIB

Krematorium di Beijing Alami Kewalahan Tangani Jenazah Covid-19

Pemerintah China telah menghapuskan kebijakan nol Covid.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
 Seseorang menunggu di lorong klinik demam di Rumah Sakit Puren di Beijing, Rabu, 14 Desember 2022. Komisi Kesehatan Nasional China menurunkan laporan harian COVID-19 mulai Rabu sebagai tanggapan atas penurunan tajam dalam pengujian PCR sejak pemerintah melonggarkan tindakan antivirus setelah kasus harian mencapai rekor tertinggi.
Foto: AP/Dake Kang
Seseorang menunggu di lorong klinik demam di Rumah Sakit Puren di Beijing, Rabu, 14 Desember 2022. Komisi Kesehatan Nasional China menurunkan laporan harian COVID-19 mulai Rabu sebagai tanggapan atas penurunan tajam dalam pengujian PCR sejak pemerintah melonggarkan tindakan antivirus setelah kasus harian mencapai rekor tertinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, Iring-iringan mobil jenazah berjalan masuk ke krematorium khusus Covid-19 di Ibu Kota Beijing pada Sabtu (17/12). Sementara para pekerja di belasan rumah duka tampak lebih sibuk dari biasanya sejak pemerintah Cina mencabut pembatasan pandemi Covid-19 yang ketat.

Dalam beberapa hari terakhir di Beijing, penyebaran varian Omicron yang sangat mudah menular telah menghantam layanan, mulai dari katering hingga pengiriman parsel.  Rumah duka dan krematorium di seluruh kota juga berjuang untuk memenuhi permintaan karena lebih banyak pekerja dan pengemudi yang dinyatakan positif mengidap virus Corona.

 

 China belum secara resmi melaporkan kematian akibat Covid-19 sejak 7 Desember, ketika negara itu mengakhiri kebijakan Zero-COVID yang telah diperjuangkan oleh Presiden Xi Jinping. Kebijakan ini diakhiri menyusul protes publik terhadap protokol tersebut.

 

Sebuah lembaga penelitian yang berbasis di Amerika Serikat (AS) pekan ini mengatakan, China dapat mengalsmi  ledakan kasus. Sementara lebih dari satu juta orang di China diprediksi meninggal karena Covid-19 pada 2023. Lonjakan tajam dalam kematian akan menguji upaya pihak berwenang untuk menjauhkan China dari pengujian tanpa akhir,  penguncian dan pembatasan perjalanan yang berat, serta menyelaraskan kembali dengan dunia yang sebagian besar telah hidup berdampingan dengan Covid-19.

 

Pada Sabtu (17/12) sore, seorang jurnalis Reuters melihat sekitar 30 mobil jenazah berhenti di jalan masuk menuju rumah duka Dongjiao. Rumah duka ini merupakan salah satu krematorium khusus Covid-19 di Beijing.

 

Ambulans yang terparkir membawa jenazah yang terbungkus. Pekerja rumah duka yang menggunakan setelan hazmat mengambil jenazah itu dari ambulans, kemudian dipindahkan ke ruang persiapan untuk menunggu kremasi.  Tiga dari banyak cerobong asap mengepul terus menerus.  Beberapa meter dari krematorium, di rumah duka, wartawan Reuters melihat sekitar 20 kantong jenazah berwarna kuning berisi jenazah di yang diletakkan di lantai. Namun reuters tidak dapat memastikan apakah jenazah itu meninggal karena Covid-19.

 

Operator keamanan parkir dan pemilik toko guci di gedung rumah duka, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan kepada Reuters, jumlah kematian berada di atas rata-rata pada periode ini. Jumlah kematian kali ini ebih banyak dibandingkan dengan periode sebelum pencabutan pembatasan pandemi. Para pekerja yang sakit juga memengaruhi staf di sekitar rumah duka khusus Covid-19 di Beijing.

 

 "Kami memiliki lebih sedikit mobil dan pekerja sekarang," kata seorang staf di Rumah Duka Miyun kepada Reuters tanpa menyebut nama, sembari menambahkan bahwa ada tumpukan permintaan untuk layanan kremasi.  

 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement