Rabu 21 Sep 2022 06:35 WIB

Ide Perang Bintang Liga Primer Inggris Layu Sebelum Berkembang

Gagasan bombastis ini bahkan cenderung ditertawakan.

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Manchester United dan Liverpool.
Foto: DOK REPUBLIKA
Manchester United dan Liverpool.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Salah satu pemilik anyar Chelsea, Todd Boehly, mengungkapkan ide bombastis terkait upaya memberikan pemasukan pada para klub-klub di empat kasta tertinggi kompetisi sepak bola Inggris. Pengusaha asal Amerika Serikat itu mengusulkan adanya laga eksekbisi perang bintang di Liga Primer Inggris. 

Nantinya, pemain-pemain yang memperkuat klub Liga Primer Inggris di kawasan utara akan bergabung menjadi satu tim untuk menghadapi tim yang bermaterikan para pemain dari klub-klub yang berada di selatan Inggris. Secara konsep, laga ini menyerupai laga eksebisi yang sebagian besar digelar di berbagai kompetisi olahraga profesional di Amerika Serikat. 

Baca Juga

Mulai dari kompetisi Bola Basket (NBA), baseball (MLB), hoki es (NHL), hingga American Football (NFL) diketahui memiliki sebuah laga yang berisikan pemain-pemain yang dianggap terbaik di masing-masing kompetisi. Biasanya, laga perang bintang itu digelar saat pertengahan musim ataupun akhir musim kompetisi. Laga eksebisi perang bintang tersebut biasanya menghadirkan keuntungan finansial yang cukup besar. 

Pemimpin konsorsium Clearlake, yang mengakusisi Chelsea pada pertenhahan tahun ini tersebut, memberi contoh, pada pekan perang bintang MLB, total pemasukan untuk penyelenggara bisa mencapai 200 juta dolar AS. Boehly pun secara terbuka berharap Premier League selaku otoritas penyelenggara Liga Primer Inggris bisa meniru format tersebut di laga perang bintang tersebut. Pemasukan dari laga tersebut dapat dibagikan kepada klub-klub yang berada di strata bawah piramida kompetisi sepak bola di Inggris. 

''Saya harap, Premier League bisa sedikit mengambil pelajaran dari gelaran olahraga di Amerika Serikat. Anda bisa mengelar laga perang bintang antara Utara dan Selatan. Laga itu akan dengan mudah memberikan dana kepada piramida kompetisi. Semua orang suka dengan tambahan pemasukan buat kompetisi,'' kata Boehly dalam sebuah konferensi di New York, tengah pekan lalu. 

Namun, gagasan salah satu pemilik saham klub baseball Amerika Serikat, LA Dogders, dan klub basket AS, La Lakers, itu sepertinya telah layu sebelum benar-benar bisa berkembang. Boehly dinilai belum bisa memahami ritme kompetisi di Inggris dan Eropa. Klub-klub kontestan Liga Primer Inggris sudah menjalani jadwal yang begitu padat setiap musim, terutama klub-klub yang berkiprah di kompetisi Eropa. 

Penolakan paling lantang diungkapkan pelatih Liverpool, Juergen Klopp. Seolah masih belum percaya dengan apa yang diusulkan Boehly, Klopp menyarankan, Boehly untuk ikut mengundang tim basket yang dikenal kerap tampil sebagai penghibur, Harlem Globetotters, untuk menghadapi klub Liga Primer Inggris. 

Dengan lebih serius, pelatih asal Jerman itu, menilai, Boehly tidak sepenuhnya melakukan kalkulasi soal jadwal yang dihadapi klub-klub di Liga Primer Inggris. Tidak hanya soal kompetisi di level klub, para pemain juga dihadapkan dengan jadwal padat di kompetisi internasional bersama timnas masing-masing 

''Dia mungkin lupa, olahraga di Amerika Serikat rata-rata memiliki libur kompetisi hingga empat bulan. Mungkin, dia bisa lebih detail menjelaskan soal ide tersebut saat dia telah menemukan tanggal yang cocok untuk laga tersebut,'' kata Klopp seperti dikutip The Guardian, tengah pekan lalu. 

Sementara pelatih Manchester City, Pep Guardiola, mengambil pendekatan yang lebih lembut dalam mengomentari ide Boehly tersebut. Meski enggan mengomentari ide tersebut, pelatih asal Spanyol itu mengaku sepakat sepenuhnya dengan Klopp soal sulitnya mencari celah dalam jadwal yang telah begitu padat dalam satu musim kompetisi. 

''Saya tidak punya opini khusus tentang ide tersebut, tidak ada sama sekali. Namun, saya bersama Juergen (Klopp). Akan lebih bagus buat dia untuk terlebih dahulu menunjukan tanggal kapan pertandingan itu bisa digelar dalam satu musim kompetisi,'' kata Guardiola seperti dikutip Daily Mail, akhir pekan lalu. 

Dengan nafas yang nyaris serupa, Asosiasi Pesepakbola Profesional di Inggris (PFA) juga mengirimnkan sinyal penolakan terhadap ide Boehly tersebut. Tambahan pertandingan, termasuk adanya laga perang bintang, sepertinya mustahil digelar apabila tidak melakukan evaluasi terhadap jadwal yang sudah ada. 

''Sepak bola tidak bisa terus menjejalkan pertandingan di jadwal yang sudah begitu padat. Kami paham nilai hiburan dan keuntungan komersil yang bisa didapatkan dari laga tersebut. Namun, kita tidak bisa terus menambah pertandingan tanpa melakukan evaluasi yang layak dari jadwal yang sudah ada,'' ujar juru bicara PFA kepada The Times. 

Selain jadwal kompetisi, penolakan terhadap ide Boehly itu juga berpangkal pada kultur tim-tim di Liga Primer Inggris. Boehly dinilai alpa dalam memperhitungkan aspek tersebut. Tidak seperti di Amerika Serikat, klub-klub di Liga Primer Inggris bisa dibilang masih mengedepankan aspek rivalitas, yang berakar dari dukungan para supporter, dengan klub-klub lain yang berada dalam satu wilayah. 

Kultur ini yang diteruskan kepada para pemain di klub tersebut. Alhasil, sulit untuk membayangkan pemain Manchester United, penggawa Manchester City, dan pemain Liverpool bekerjasama dalam satu tim dan langsung tampil solid untuk menghadapi para pemain dari klub-klub asal London, seperti Chelsea, Tottenham Hotspur, dan Arsenal, yang berada di wilayah selatan Inggris. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement