Rabu 27 Jul 2022 17:43 WIB

MUI Jatim Tanggapi Penolakan Ceramah Ustadz Hanan Attaki

Penolakan Ustadz Hanan Attaki terjadi di beberapa daerah di Jatim.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Ani Nursalikah
Ustadz Hanan Attaki bermain skateboard saat ngabuburide di Lapangan Blok S, Senopati, Jakarta, Sabtu (26/5). MUI Jatim Tanggapi Penolakan Ceramah Ustadz Hanan Attaki
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Ustadz Hanan Attaki bermain skateboard saat ngabuburide di Lapangan Blok S, Senopati, Jakarta, Sabtu (26/5). MUI Jatim Tanggapi Penolakan Ceramah Ustadz Hanan Attaki

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur menanggapi penolakan ceramah Ustadz Hanan Attaki yang terjadi di beberapa daerah di Jatim, seperti Jember dan Situbondo.

Ketua Komisi Fatwa MUI Jatim KH Ma'ruf Khozin menyatakan penolakan tersebut bukan karena Hanan Attaki menyebarkan paham sesat, melainkan karena dikhawatirkan akan bertentangan dengan tatanan dakwah yang sudah ada di daerah tersebut.

Baca Juga

"Enggak (sesat), cuma metode. Kalau boleh jadi di satu provinsi cocok, belum tentu di wilayah yang di sini pesantrennya ribuan, belum tentu cocok," kata Khozin di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Rabu (27/7/2022).

Khozin melanjutkan, penolakan yang terjadi di Jember dan Situbondo tersebut bukan mengartikan Hanan Attaki ditolak ceramah di seluruh daerah di Jatim. Sebab, kata dia, pada kenyataannya, di beberapa daerah di Jatim, Hanan Attaki masih diperbolehkan berceramah.

Ia mencontohkan di Surabaya Hanan Attaki diperbolehkan menggelar kegiatan ceramah. "Di beberapa daerah boleh. Di Surabaya diterima. Tergantung heterogen masyarakatnya," ujar Khozin.

Khozin menjelaskan, di Jawa Timur terdapat beberapa daerah yang religius, tingkat keilmuannya tinggi, pesantrennya banyak, serta ahli dzikirnya. Maka ketika ada penceramah atau pendakwah yang berbeda kultur, dikhawatirkan akan bertentangan dengan tatanN yang sudah ada di dadrah tersebut sehingga mengganggu kondusivitas.

"Kalau terus tiba-tiba ada pendakwah yang berbeda kultur, beda cara, misalnya dakwah gaul. Dakwah gaul ini bagaimana? Sementara di wilayah Jatim yang sudah religius dikhawatirkan merusak tatanan. Kalau sudah baik tentu yang didatangkan yang lebih ahli seperti majelis dzikir atau lainnya," kata Khozin.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement