Jumat 11 Mar 2022 07:03 WIB

Khutbah Jumat: Hanya Orang Beriman yang tidak Merugi

Khutbah Jumat: Hanya Orang Beriman yang Tidak Merugi

Rep: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)/ Red: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)
Hanya Orang Beriman Yang Tidak Merugi - Suara Muhammadiyah
Hanya Orang Beriman Yang Tidak Merugi - Suara Muhammadiyah

Oleh: Muh. Jindar Wahyudi

اَلْحَمْدُ ِلله ِالَّذِى اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ اْلحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلىَ الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفاَ بِاللهِ شَهِيْدًا اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ الله ُوَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَلَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ: فَيَااَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْاللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ  مُسْلِمُونَ

Hadirin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah

Mengawali hutbah jum’at siang ini marilah kita bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah dilimpahkan kepada kita semua, seraya meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita kepada-Nya. Sebab hanya orang yang bertaqwa yang selalu berusaha dalam meniti kehidupan ini dengan penuh hati-hati dan cermat namun tetap berusaha dengan serius dan bersungguh-sungguh  agar terhindar dari perbuatan yang tidak bermakna yang merugikan diri sendiri.

Firman Allah :

وَٱلۡعَصۡرِ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ

“Demi masa.  Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Al Ashr :1-3)”

Hadiri Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah

Tafsir Al-Qur’an Al-Karim, M. Quraish Shihab secara bahasa memberi makna lafadz  al-ashr  ini dengan “hasil perasan” sebagaimana seorang ibu ketika memeras parutan kelapa untuk mendapatkan hasil yang namanya santan, dan hasil perasan inilah yang dimaksud dari al ashr itu. Makna ini ada kesan yang berkonotasi tentang seorang pekerja keras, banting tulang dan peras keringat untuk mendapatkan penghasilan, yang biasanya akan mengkalkulasi hasilnya pada sore hari

Hasil usaha dan kerja keras umat manusia tentu tidaklah sama, ada yang sedikit, ada yang banyak bahkan ada yang melimpah ruah, tergantung pada kesungguhan dan profesinya masing-masing. Namun seberapapun hasilnya tentu sangat menggembirakan bagi pelakunya seraya mendapatkan keberuntungan yang sangat besar. walaupun dihadapan Allah belum tentu demikian bahkan kebanyakan manusia akan mendapatkan kerugian (QS. Al Ashr :2), dikecualikan orang yang beriman yang tidak akan merugi (QS. Al Ashr : 3). Tentu orang iman yang bukan sembarang beriman tetapi iman yang mampu mengaktualisasikan keimanannya ke dalam kehidupannya sehari-hari, mereka inilah yang tidak akan merugi malah sebaliknya akan mendapatkan keberuntungan yang sesungguhnya.

Orang yang beriman yang mampu mengaktualisasikan keimanannya ke dalam kehidupan nyata sehari-hari ini meyakini bahwa bekerja keras merupakan wujud dari :

Pertama, aktualisasi dari Iman.

Segala apa yang telah  diciptaan oleh Allah baik yang ada di langit maupun yang ada  di bumi ini merupakan sumber daya alam dan fasilitas yang disediakan oleh Allah agar dapat diolah dan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kepentingan dan kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi ini.

Firman Allah.

وَهُوَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi ini untuk kamu semua  (QS. Al Baqarah; 29)

 

Secara substansi ayat ini menjelaskan bahwa Allah menciptakan seluruh yang ada di langit dan bumi ini hanyalah untuk dikelola manusia demi kelangsungan kehidupannya. Sehingga keberadaan umat manusia di bumi memiliki peran yang sangat besar yakni  memanfaatkan sumber daya alam yang telah disiapkan.

Allah juga menyatakan bahwa pengelolaan bumi oleh manusia untuk keperluan hidupnya di muka bumi ini tidak terlalu sulit untuk mendapatkannya, semuanya tergantung pada kemauan umat manusia untuk berihtiyar dan berusaha dengan sungguh-sungguh seraya memanfaatkan segala kemampuan dan potensi yang dimilikinya walau harus menempuh perjalanan yang sangat panjang dan jauh sampai ke penjuru dunia sekalipun.

 Kedua, rasa syukur kepada Allah.

Banyak umat manusia yang terlena dan lupa  terhadap segala fasilitas dan potensi yang diberikan oleh Allah kepadanya. Diantara yang kebanyakan manusia terlena dan lupa itu adalah potensi yang merupakan kenikmatan berupa kesehatan badan dan peluang kerja yang justru tidak semua manusia mendapatkannya.

Dalam sebuah Hadits dari Ibnu Abbas RA, menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda :

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ (رواه البخاري)

“Dua kenikmatan yang banyak umat manusia terlena  yaitu  sehat dan waktu luang (HR. Bukhari)”

Badan sehat dan waktu luang (peluang kerja) merupakan dua nikmat yang sangat diperlukan bagi umat manusia, tanpa keduanya tentu manusia tidak akan mampu mewujudkan hasil usaha dan kerja yang direncanakan sebelumnya atau paling tidak hasil yang didapatkannya tidak akan bisa maksimal. Oleh karena itu sebagai  orang yang beriman meyakini bahwa, wujud rasa syukur atas nikmat Allah itu adalah memanfaatkan kesehatan badan dan waktu luang yang dimiliki untuk  diberdayakannya dengan sebaik-baiknya seraya bekerja keras, peras keringat dan banting tulang untuk mendapatkan anugerah dan rizki dari Allah SWT.

Ketiga, Rasa peduli dan orientasi kerja.

Hasil dari usaha dan kerja setiap manusia tentu sangat beragam karena dipengaruhi oleh semangat dan etos kerja serta profesinya masing-masing. Bagi orang yang beriman berapapun hasil yang di dapatkannya bukan menjadi satu-satunya orentasi dalam bekerja yang terpenting adalah melaksanakan kewajiban sebagai hamba Allah yang memang harus bekerja keras sedang hasil yang didapat pada ahirnya hanya Allah yang akan menilainya.

Hadits dari Abu Huraerah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda;

إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ اِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ (رواه مسلم)

“Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk rupa (jabatan) kamu dan juga harta benda (penghasilan) kamu,  tetapi Dia melihat hati dan usaha (ihtiyar) yang  kamu lakukan (HR. Muslim)”

Sedang jika mendapatkan  hasil yang baik bahkan melimpah maka tidak akan surut dan berhenti bekerja karena masih ada kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan dari pada sekedar memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarganya. Maka sebagian dari hasil usahanya akan disalurkan untuk kepentingan sosial melalui zakat, infaq dan shadaqah maupun kewajiban syar’i lainnya seperti perjuangan da’wah yang memang memerlukan biaya yang tidak sedikit.

بَارَكَ الله ُلِى وَلَكُمْ فِي اْلقُرْاَنِ اْلعَظِيمِ  وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَالذِّكْرِاْلحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ الله ُمِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَهُ هُوَالسَّمِيْعُ اْلعَلِيْمِ

Khutbah Kedua

ألحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَنَا وَاِيَّكُمْ عِبَادِهِ الْمُتَّقِيْنَ وَاَدَّبَنَا بِالْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ الَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. َاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ : فَيَا اَيُّهَا النَّا سُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَقَالَ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَمَلاَءِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِي يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا,

Hadirin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah.

Demikian hutbah jum’at yang dapat kami samapaikan mudah-mudah kita semua termasuk hamba Allah yang akan mendapatakan keberuntungan karena mampu mengaktualisasikan diri kita sebagai oang yang beriman dengan iman yang sesungguhnya, Aamiin.

 اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَا بِهِ اَجْمَعِيْنَ, وَارْضَى عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُوءْمِنِيْنَ وَالْمُوءْمِنَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ ِانَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ ِاذْهَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ِانَّكَ اَنْتَ   الْوَهَّاب. رَبِّى اغْفِرْلِى وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيْرًا.  رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَ خِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبّى اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَالسَّلاَمُ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ                    

Penulis adalah Ketua PDM  Kab. Boyolali. Alumni Pondok Shabran UMS 1990

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan suaramuhammadiyah.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab suaramuhammadiyah.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement