Senin 14 Feb 2022 13:16 WIB

Dinilai Sudah Sangat Berbahaya, Australia Evakuasi Seluruh Staf Diplomatik di Ukraina

PM Australia menyebut situasi di Ukraina telah mencapai titik yang sangat berbahaya

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Perdana Menteri Australia Scott Morrison.
Foto: AP Photo/Rick Rycroft
Perdana Menteri Australia Scott Morrison.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA – Pemerintah Australia telah memutuskan mengevakuasi seluruh staf beserta keluarga mereka dari kedutaan besarnya di Kiev, Ukraina. Perdana Menteri Australia Scott Morrison menyebut situasi di negara tersebut telah mencapai titik yang sangat berbahaya karena ancaman Rusia.

Morrison mengungkapkan, tiga staf diplomatik yang tersisa di Kiev sudah diperintahkan untuk pindah ke kantor sementara di Lviv, Ukraina barat, dekat perbatasan Polandia.

Baca Juga

"Saya ingin mengirim pesan yang sangat jelas atas nama Australia, demokrasi liberal yang percaya pada kebebasan dan kedaulatan negara, tidak hanya di Eropa tetapi juga di wilayah kami sendiri, bahwa tindakan otokratis dan sepihak Rusia mengancam serta menindas Ukraina adalah sesuatu yang sepenuhnya dan sama sekali tidak dapat diterima,” kata Morrison pada Ahad (13/2/2022).

Dia juga mengkritik Cina karena tetap bergeming menyaksikan Rusia mengerahkan pasukannya ke perbatasan Ukraina.  "Koalisi otokrasi yang kita lihat, berusaha menggertak negara lain bukanlah sesuatu yang Australia anggap sepele dan tentu saja pemerintah saya tidak pernah melakukannya," ujar Morrison.

Sebelum Australia, keputusan mengevakuasi para diplomat dari kedutaan besar di Kiev sudah terlebih dulu diambil Amerika Serikat (AS), Kanada, dan beberapa negara lainnya. Mereka mengkhawatirkan potensi serangan Rusia yang kian nyata ke negara tersebut.

Meski AS dan Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) telah menuding Rusia merencanakan agresi ke Ukraina, Moskow dengan tegas membantah hal tersebut. Kendati demikian, pekan lalu, Rusia menggelar latihan militer gabungan dengan Belarusia di dekat perbatasan Ukraina.

Pada Sabtu (12/2/2022) lalu, Angkatan Laut Rusia juga menggelar latihan berskala besar di Laut Hitam. “Lebih dari 30 kapal dari armada Laut Hitam turun ke laut dari Sevastopol dan Novorossiysk sesuai dengan rencana latihan,” kata Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Rusia dalam sebuah pernyataan Sabtu pagi.

Menurut Kemenhan Rusia, tujuan dari latihan itu adalah untuk mempertahankan pantai Semenanjung Krimea, pangkalan pasukan armada Laut Hitam, serta sektor ekonomi negara dari kemungkinan ancaman militer. Ketegangan antara Rusia dan Ukraina sudah berlangsung sejak 2014, yakni setelah Moskow mencaplok Krimea.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement