Jumat 14 Jan 2022 10:10 WIB

Prediksi Lanskap Siber Asia Tenggara 2022

Empat tren teratas yang harus diwaspadai tahun ini di Asia Tenggara.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Agus Yulianto
Ancaman serangan siber kini semakin nyata
Foto: ABC
Ancaman serangan siber kini semakin nyata

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua tahun setelah pandemi, Asia Tenggara (SEA) dan belahan dunia lainnya, bersiap untuk satu tahun pemulihan pada 2022. Perusahaan dan individu dari segala skala, siap untuk kembali ke keadaan normal, dengan memulai kebijakan bekerja dari kantor, sekolah tatap muka, dan berbagai aturan perjalanan yang diterapkan.

Seperti yang disaksikan tahun ini, melalui siaran pers yang diterima Republika, Rabu, (12/1/2022), para pelaku kejahatan siber dapat menargetkan berbagai industri, mulai dari maskapai penerbangan, rumah sakit, situs web pemerintah, bank, perusahaan telekomunikasi, universitas, e-commerce, dan bahkan raksasa media sosial melalui berbagai cara canggih.

Untuk memandu organisasi dan individu menavigasi lanskap ancaman siber yang telah berubah dan mengamankan fase pemulihan negara-negara kawasan ini, para ahli dari Tim Riset dan Analisis Global (GreAT) Kaspersky mengungkapkan, empat tren teratas yang harus diwaspadai tahun ini di Asia Tenggara. Berikut empat tren yang harus diwaspadai: 

Penurunan serangan ransomware yang ditargetkan

Masa pandemi bertepatan dengan munculnya serangan ransomware yang ditargetkan di seluruh dunia yang berfokus pada sektor paling kritikal serta bisnis yang sensitif terhadap gangguan. Beberapa perusahaan dari Asia Tenggara termasuk di antara korban serangan tersebut.

Namun, dengan kerja sama internasional yang kuat dan beberapa gugus tugas untuk melacak kelompok ransomware, para ahli Kaspersky percaya bahwa jumlah serangan semacam itu akan berkurang selama 2022.

“Inisiasi awal dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat (AS), yang melibatkan FBI, dan bahkan kapabilitas ofensif Komando Siber AS. Kaspersky mengantisipasi bahwa serangan tersebut mungkin dapat muncul sewaktu-waktu, dengan fokus untuk menyerang negara-negara berkembang dengan kemampuan investigasi siber minimal atau negara-negara yang bukan sekutu AS,” kata Vitaly Kamluk, Direktur Global Research & Analysis Team (GreAT) untuk Asia Pasifik di Kaspersky.

Mengingat sikap geopolitik beberapa negara di Asia Tenggara, kemungkinan akan ada lebih sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali serangan semacam itu di negara-negara pada kawasan tersebut di 2022. Namun, layanan hosting yang tersedia secara luas yang ditawarkan oleh negara-negara seperti Singapura dan Malaysia, layanan dan infrastruktur pusat data masih dapat disalahgunakan oleh kelompok ransomware bertarget.

 

photo
Ilustrasi Serangan Siber - (Foto : MgRol112)

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement