Kamis 02 Dec 2021 17:49 WIB

Bias Pemberitaan Media Inggris Terhadap Muslim

Sebagian besar liputan tentang Muslim dan Islam atau keduanya, bernada negatif.

Rep: Zahrotul Oktaviani / Alkhaledi kurnialam/ Red: Esthi Maharani
Lomba jurnalistik (ilustrasi)
Foto: practicumpioneers.wordpress.com
Lomba jurnalistik (ilustrasi)

IHRAM.CO.ID, LONDON -- Sebuah laporan terkait liputan media Inggris selama 2018-2020 menemukan terjadi bias pemberitaan terhadap Muslim. Hampir 60 persen artikel media daring dan 47 persen klip televisi mengaitkan Muslim dan Islam dengan aspek atau perilaku negatif.

Laporan Center for Media Monitoring menganalisis lebih dari 48.000 artikel daring dan 5.500 klip siaran. Didukung editor The Sunday Times dan Daily Mirror, ditemukan kesimpulan sebagian besar liputan tentang Muslim dan Islam atau keduanya, bernada negatif.

Dilansir di The News, Kamis (2/12), studi ini adalah salah satu bagian paling luas dari penelitian statistik yang telah dilakukan sebelumnya. Utamanya, membahas tentang bagaimana Muslim dan Islam dilaporkan di media Inggris dan mengungkapkan ratusan contoh skala pelaporan negatif yang terkait dengan Muslim di Inggris.

Studi ini juga melihat 10 studi kasus yang menunjukkan Muslim disalahartikan dan difitnah dalam publikasi besar, dengan kerugian yang dibayarkan dalam sembilan kasus, di samping permintaan maaf publik.

 

Pusat Pemantauan Media Dewan Muslim Inggris memantau 34 outlet media melalui situs daring mereka dan 38 saluran televisi (termasuk semua saluran regional) antara Oktober 2018 hingga September 2019.

Laporan tersebut diluncurkan pada Selasa (30/11) malam, dengan partisipasi dari Alison Phillips dari The Mirror; Emma Tucker dari The Sunday Times; Mark Easton dari BBC; Nasrine Malik dari The Guardian, Inzamam Rashid dari Sky, dan akademisi Brian Cathcart, Profesor John Holmwood, dan Waj Iqbal.

Secara umum, outlet media sayap kanan lebih kritis tentang Islam daripada publikasi berhaluan kiri. 'The Spectator' memiliki proporsi artikel tertinggi tentang Muslim yang digolongkan sebagai "antagonis", dengan 37 persen karya masuk kategori ini.

Sementara, media 'The New Statesman' memiliki proporsi artikel tertinggi yang dianggap "mendukung" Muslim, sebesar 16 persen.

"Saya menyambut baik laporan ini - dengan pengetahuan penuh bahwa itu berisi kritik terhadap pers, termasuk makalah saya sendiri," ujar editor The Sunday Times, Emma Tucker.

Pemimpin redaksi The Mirror, Alison Philips, mengatakan laporan dar Center for Media Monitoring ini menunjukkan betapa pihaknya sebagai jurnalis, harus mempertanyakan diri sendiri dan pekerjaan yang dihasilkan, dalam kaitannya dengan pelaporan Muslim dan Islam.

Tak hanya itu, laporan tersebut juga menunjukkan beberapa perbaikan dalam perlakuan terhadap Muslim, dengan menyoroti liputan positif dan adil terhadap Muslim di media.

Termasuk di dalamnya pelaporan BBC tentang penganiayaan terhadap Muslim Uighur, The Sun menampilkan Asma Shuweikh sebagai “pahlawan minggu ini”, serta menonjolnya wanita Muslim pendukung NHS di halaman depan The Daily Telegraph.

Laporan tersebut mengatakan bahwa hampir 60 persen artikel di semua publikasi diidentifikasi mengaitkan aspek dan perilaku negatif dengan Muslim atau Islam. Lebih dari seperlima artikel memiliki fokus utama pada terorisme/ekstremisme.

Publikasi yang condong ke kanan dan religius, disebut memiliki persentase artikel yang lebih tinggi, yang menunjukkan bias, generalisasi, atau salah mengartikan keyakinan atau perilaku Muslim.

Lembaga penyiaran nasional juga disebut memiliki persentase bias yang lebih tinggi terhadap Muslim dan/atau Islam, dibandingkan dengan lembaga penyiaran regional. 47 persen dari semua klip menunjukkan Muslim dan/atau Islam dengan cara yang menampilkan aspek dan/atau perilaku negatif.

Laporan yang sama menyebut cendekiawan sayap kanan dalam banyak kesempatan diposisi yang tidak tertandingi, ketika membuat generalisasi terhadap Muslim termasuk mempromosikan kepalsuan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement