Sabtu 09 Oct 2021 05:31 WIB

Tersentuh Bacaan Alquran, Mualaf Zandra: Tenteramkan Hatiku

Mualaf Zandra menemukan kedamaian hati saat mendengar Alquran

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Mualaf Zandra menemukan kedamaian hati saat mendengar Alquran. Mualaf Zandra (kiri) bersama sang suami
Foto: Dok Istimewa
Mualaf Zandra menemukan kedamaian hati saat mendengar Alquran. Mualaf Zandra (kiri) bersama sang suami

REPUBLIKA.CO.ID, Dalam kehidupan manusia, selalu ada ujian atau bahkan musibah. Islam mengajarkan umat nya untuk selalu optimistis menatap masa depan.

Sebab, di balik kesukaran, akan muncul kelapangan. Begitulah janji Allah SWT, seperti terlukiskan dalam Alquran surah al-Insyirah ayat 5 dan 6 yang artinya, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” 

Baca Juga

Bukti nyata dialami seorang mualaf dari Malang, Jawa Timur. Tirza Yo Zandra, demikian namanya, pernah merasakan pahitnya hidup. 

Kedua orang tuanya berpisah. Kondisi psikisnya pun hampir menjurus depresi. Akan tetapi, pelbagai ujian hidup itu menjadi awal baginya untuk mendapatkan hidayah Ilahi. 

Perempuan yang kini berusia 23 tahun itu merupakan seorang anak dari pasangan yang beda agama. Ibunya adalah seorang Muslim. Namun, sejak lahir, Zandra diarahkan untuk mengikuti kepercayaan yang dipeluk ayahnya.

Zandra kecil pun ditempa untuk menjadi pribadi yang taat beribadah. Dirinya tidak pernah absen mengikuti ritual agama sang ayah. Malahan, sempat terpikirkan olehnya untuk menempuh sekolah khusus demi menekuni agama non-Islam tersebut.

Jalan hidup sering kali tak bisa diduga. Saat Zandra berusia remaja, keluarganya dilanda keretakan. Kedua orang tuanya tidak lagi bisa menjaga keutuhan. Akhirnya, ayah dan bundanya itu memutuskan untuk bercerai.

Keputusan itu sangat berat dirasakan Zandra sebagai anak tunggal. Sesudah bapak dan ibunya berpisah, ia tinggal bersama ayah nya.Tak menunggu waktu laman, bagi perempuan tersebut, kehidupan sehari-hari menjadi sangat berbeda. Ia lalu merasa tertekan, baik secara mental maupun spiritual.

Saat mengalami masalah batin, fisiknya ikut menjadi sakit. Kira-kira, dua bulan lamanya kesulitan itu dialaminya. Karena merasa tidak punya siapa-siapa sebagai tempat bercerita, ia menjadi kesepian. Untungnya, momen itu seperti membuka jalan baginya untuk lebih religius. Ia kian sering berdoa dan beribadah.

Harapannya, hati dan pikirannya akan makin tenang dengan terus giat mengamalkan ritual-ritual agama. Nyatanya, saat itu, ia merasa ibadah-ibadah yang dijalaninya tidak menenteram kan diri. Batinnya dari hari ke hari kian terasa kosong.

“Saya waktu itu (sebelum memeluk Islam?Red) merasa kosong di hati. Ini terjadi selama dua bulan dan menyebabkan saya jatuh sakit,” tuturnya sebagaimana dikutip dari Harian Republika, beberapa waktu lalu. 

Ia kala itu lebih sering tinggal seorang diri di dalam rumah. Ayahnya acap kali bekerja di luar. Untuk mendapatkan bantuan ke dokter, misalnya, Zandra cenderung mengandalkan saudara sepupu dari pihak ibunya.

Saudaranya itu adalah seorang Muslim. Salah satu hobinya adalah membaca Alquran.Waktu itu, Zandra tidak begitu paham apa yang dibaca sepupunya itu. 

Bagaimanapun, suara lantunan ayat-ayat suci terdengar syahdu. Bahkan, hatinya menjadi tenteram ketika menyadari sumber suara merdu itu berasal dari saudaranya yang sedang mengaji.

“Saya baru pertama kali mendengar suara orang mengaji di dalam rumah. Sebelum-sebelumnya, memang banyak suara pengajian dari masjid sekitar, misalnya. Tapi, saat itu terasa berbeda, begitu menenangkan hati,” tuturnya. 

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement