Ahad 01 Aug 2021 19:12 WIB

3 Nasihat Rasulullah SAW ke Ali Jaga Lisan dan Alasannya 

Rasulullah SAW mengingatkan Ali bin Abi Thalib bahaya lisan

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Rasulullah SAW mengingatkan Ali bin Abi Thalib bahaya lisan. Ilustrasi Rasulullah SAW
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Rasulullah SAW mengingatkan Ali bin Abi Thalib bahaya lisan. Ilustrasi Rasulullah SAW

REPUBLIKA.CO.ID, — Lisan menjadi salah satu organ tubuh manusia yang sangat penting perannya. Dengan normalnya fungsi lisan maka seseorang akan dapat berbicara dan berkomunikasi dengan orang lainnya.   

Namun dalam ajaran Islam, lisan tidak hanya sebatas itu. Lisan bisa menjadi alat bagi seorang hamba meraih pahala dan mengantarnya meraih surga Allah SWT. 

Baca Juga

Itu jika hamba tersebut mampu menggunakan lisannya untuk mengucapkan perkataan yang baik dan bermanfaat. 

Tapi disisi lain, lisan juga bisa menjadi sebab seorang hamba terjerumus ke neraka bila hamba sering mengeluarkan perkataan yang buruk. 

Karena itu, Rasulullah SAW mewanti-wanti umatnya untuk menjaga lisan agar tidak mengeluarkan ucapan-ucapan yang buruk.  

Rasulullah pernah memberikan wasiat kepada Ali bin Abi Thalib tentang perkara menjaga lisan. Keterangan ini dapat ditemukan dalam kitab Wasiyat Al Musthafa yang disusun Syekh Abdul Wahab bin Ahmad bin Ali bin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Musa Asy Syarani Al Anshari Asy Syafi'i Asy Syadzili Al Mishri atau dikenal sebagai Imam Asy Syarani. Berikut tiga wasiat Rasulullah kepada Ali tentang menjaga lisan.

Pertama, jangan cela kekurangan orang lain

يَا عَلِيُّ، لَا تُعَيِّرْ أَحَدًا بِمَا فِيْهِ فَمَا مِنْ لَحْمٍ إِلَّا وَفِيْهِ عَظْمٌ وَلَا كَفَّارَةَ لِلْغِيْبَةِ حَتَّى يَسْتَحِلَّهُ أَوْ يَسْتَغْفِرَ لَهُ

“Wahai Ali, jangan lah engkau mencela seseorang karena sesuatu dalam dirinya (semisal kecacatan, atau pun kekurangan lainnya) karena tidak ada daging melainkan ada tulangnya. Dan tidak ada cara menebus dosa menggunjing sampai dia meminta maaf kepada orang yang digunjingkannya atau memintakan ampunan (membacakan istigfar) dia bagi orang yang digunjingnya.  

Maksudnya seorang hamba tidak boleh mencela orang lain karena keterbatasan atau kekurangan yang dimilikinya apa pun itu. Sebab setiap manusia pasti terdapat kekurangannya masing-masing. 

Seperti halnya daging, meski pun daging empuk namun dibalik itu terdapat tulang yang keras dan beragam bentuknya. Sebab itu ketika seseorang telah mencela orang lain karena keterbatasannya, maka hendaknya segera meminta maaf dan mengakui kesalahannya.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement