Jumat 21 May 2021 15:49 WIB

Jangan Sering Salahkan Orang Lain Atas Keburukannya

Ketahuilah keburukan orang lain sedikit banyak ada andil kita

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Ketahuilah keburukan orang lain sedikit banyak ada andil kita. Berdoa agar dijauhkan dari keburukan orang lain (Ilustrasi)
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ketahuilah keburukan orang lain sedikit banyak ada andil kita. Berdoa agar dijauhkan dari keburukan orang lain (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Orang yang mendengki sebenarnya tidak rela terhadap takdir dan rahmat Allah SWT. Ia merasa kecewa atas karunia-Nya terhadap orang yang didengkinya dan merasa senang atas malapetaka yang menimpanya. Artinya, ia seakan mengkritik takdir dan rahmat Allah.

Dalam bukunya yang berjudul "Risalah Ikhlas & Ukhuwah", Said Nursi mengatakan, barangsiapa mengkritik takdir Allah, ia laksana orang yang “menanduk gunung”; dan barangsiapa memprotes rahmat dan karunia Ilahi, ia akan terhalang darinya.

Baca Juga

"Apakah arif dan adil jika seorang mukmin memendam kebencian dan permusuhan selama setahun terhadap saudaranya hanya karena persoalan sepele yang sebenarnya tidak pantas menyebabkan timbulnya permusuhan selama sehari?," kata ulama asal Turki ini.  

Padahal, lanjut Nursi, keburukan saudaramu terhadapmu tidak pantas dinisbatkan hanya kepadanya sehingga dengan keburukan yang dilakukannya itu kamu  menghukumnya. Sebab, ada beberapa hal lain yang ikut terlibat.  

Pertama, takdir ilahi ikut andil. Maka, menurut Nursi, hendaklah kamu menerima takdir itu dengan sikap ridha dan pasrah. 

Kedua, setan dan nafsu ammarah juga ikut berperan.  "Jika engkau mengeluarkan kedua unsur tersebut yang akan muncul adalah rasa belas kasih terhadap saudaramu sebagai ganti dari permusuhan. Sebab, ia dikalahkan oleh nafsu ammarah-nya. Setelah itu, nantikanlah penyesalan darinya akibat tindakannya itu," jelas Nursi.  

Ketiga, kekurangan-kekurangan dan kecerobohanmu pun ikut terlibat. Menurut Nursi, inilah yang mungkin tidak engkau lihat atau engkau enggan mengakuinya. Maka, singkirkanlah unsur ini bersama dua unsur sebelumnya.  

"Dengan demikian, engkau akan melihat unsur-unsur yang tersisa (keburukan saudaramu) menjadi hal yang sepele," kata Nursi. 

Jika umat Isam menyikapi keburukan saudaranya dengan sifat maaf dan budi luhur, maka akan selamat dari perbuatan menzalimi dan menyakiti orang. 

Akan tetapi, menurut Nursi, jika orang itu membalas keburukan saudaranya yang bersifat duniawi dan tak berharga itu dengan kebencian dan permusuhan tanpa akhir, maka ia akan termasuk orang yang oleh Alquran disebut zhaluman jahulan (sangat zalim dan bodoh). 

"Dan ia lebih mirip dengan seorang Yahudi dungu yang menghabiskan banyak harta untuk ditukar dengan serpihan kaca yang mudah pecah dan kristal salju yang cepat menghilang lantaran mengiranya permata yang berharga," jelasnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement