Muhammadiyah: Puasa Harus Beri Dampak Perubahan Psikologis

Red: Andri Saubani

Senin 19 Apr 2021 22:21 WIB

Sejumlah warga mengambil makanan berbuka puasa gratis di Jalan Cempaka Putih Tengah, Jakarta, Ahad (18/4). Sekitar 400-600 paket takjil yang disajikan mulai dari kue, kolak, gorengan, mie ayam, nasi kotak, serta es buah dibagikan secara gratis setiap harinya pada pukul 17.00 selama bulan ramadhan dengan menerapkan protokol kesehatan. Prayogi/Republika. Foto: Prayogi/Republika. Sejumlah warga mengambil makanan berbuka puasa gratis di Jalan Cempaka Putih Tengah, Jakarta, Ahad (18/4). Sekitar 400-600 paket takjil yang disajikan mulai dari kue, kolak, gorengan, mie ayam, nasi kotak, serta es buah dibagikan secara gratis setiap harinya pada pukul 17.00 selama bulan ramadhan dengan menerapkan protokol kesehatan. Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad menyatakan, bahwa hasil dari puasa harus berdampak pada perubahan psikologis. Yakni, menjadikan diri lebih sehat dan stabil dalam berbagai aspek.

"Saat puasa, jasmani manusia dilemahkan supaya rohani bisa lebih dekat dengan Tuhan. Hasil dari puasa adalah perubahan psikologis masyarakat Muslim menjadi lebih sehat dan stabil," ujar Dadang dalam Kajian Ramadhan Sehat yang dipantau secara virtual, Senin (19/4).

Baca Juga

Aktualisasi puasa bagi seorang Muslim, kata Dadang, yakni pengendalian diri yang tidak berlandaskan nafsu. Seseorang seharusnya bisa menahan segala godaan dalam aktivitas sehari-harinya, tak hanya soal lapar juga sikap tenang dalam menyikapi segala hal.

Ia mensejajarkan pengendalian diri dengan masifnya informasi yang ada di media sosial. Hati dan rohani manusia yang tenang dan jernih bisa dijadikan sebagai alat untuk menyaring informasi.

"Hati jernih yang dimiliki oleh seorang Muslim merupakan tempat pemilihan informasi yang baik," kata dia.

Hati yang jernih itu jika selaras dengan akal maka setiap manusia bisa membedakan mana informasi yang baik maupun bermanfaat bagi dirinya. Keberhasilan pengendalian nafsu saat puasa dapat dilihat dari respon yang ditampilkan seseorang dalam menerima informasi.

"Mereka relatif lebih tenang, tidak meledak-ledak, dan tidak membagi informasi hoaks," kata dia.

Penyelarasan hati dan akal itu dicontohkan Muhammadiyah dalam menyikapi pandemi Covid-19 dan vaksinasi. Setiap kejadian, Muhammadiyah selalu berlandaskan pada pendekatan teologi dan ilmiah.

Muhammadiyah percaya virus Covid-19 nyata adanya. Maka dari itu, pimpinan pusat selalu membuat keputusan-keputusan yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah pandemi.

"Ini kita memberikan contoh kepada masyarakat tentang taat protokol kesehatan," kata dia.

Langkah lain yang didukung oleh Muhammadiyah adalah terkait dengan program vaksinasi. Menurutnya, Muhammadiyah dengan tegas mendukung program ini, dengan catatan vaksin sudah mendapat rekomendasi dari BPOM, Majelis Ulama Indonesia, termasuk dari Majelis Tarjih PP Muhammadiyah.

"Edaran dari PP Muhammadiyah harus kita taati, termasuk dalam bulan Ramadhan ini, edaran yang dikeluarkan oleh Majelis Tarjih harus kita taati," ujarnya.

photo
Infografis Tetap Bugar Selama Puasa - (Republika.co.id)