Jumat 18 Dec 2020 19:30 WIB

Cina dan Uni Eropa Bertekad Rampungkan Kesepakatan Investasi Pada 2020

Uni Eropa dan Cina bertekad mencapai kesepakatan investasi akhir tahun ini.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Imago Images
Imago Images

Uni Eropa (UE) dan Cina bertekad merampungkan negosiasi kesepakatan investasi pada akhir 2020 yang akan memberi perusahaan Eropa akses yang lebih besar ke pasar dalam negeri Cina, ungkap para pejabat dan diplomat pada hari Jumat (18/12).

Setelah negosiasi selama enam tahun, kesepakatan ini bisa jadi merupakan langkah besar dalam memperbaiki hubungan antara Uni Eropa dengan Cina setelah mewabahnya virus corona dan tindakan keras Beijing di Hong Kong.

Perjanjian Komprehensif UE-Cina terkait investasi ini akan menempatkan sebagian besar perusahaan UE pada posisi yang sama dengan perusahaan lokal di Cina. Perjanjian ini juga diharapkan dapat mengakhiri apa yang dikatakan UE sebagai diskriminasi serta subsidi negara yang tidak adil kepada perusahaan lokal.

“Negosiasi saat ini berada di tahap akhir,” ujar Wang Wenbin, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Jumat. Seorang pejabat UE juga mengatakan kesepakatan telah tercapai setelah adanya dorongan dari Jerman sebagai negara eksportir Eropa terbesar ke Cina.

Bila jadi disepakati, pakta ini akan menjadi secercah harapan dari banyaknya pesimisme pada tahun ini. Diluncurkan pada 2014, negosiasi antara UE dan Cina sempat macet selama bertahun-tahun. Uni Eropa mengeluh bahwa Cina gagal memenuhi janjinya untuk mencabut pembatasan investasi Eropa.

Poin ketenagakerjaan masih bermasalah

Komisi Uni Eropa mengatakan pakta investasi adalah kunci untuk mengatasi kurangnya keseimbangan perdagangan antara UE dengan Cina.

Meski digadang sebagai negara raksasa dagang, Cina juga khawatir akan diisolasi oleh negara-negara Barat setelah Amerika Serikat meningkatkan perang dagang dengan Beijing. Brussels pun telah mengambil langkah-langkah untuk lebih dekat memantau investasi Cina di sektor strategis Eropa, kata seorang pejabat Uni Eropa.

Poin penting terbesar dalam menyegel pakta investasi terkait dengan pembangunan berkelanjutan ini adalah masalah ketenagakerjaan, kata seorang diplomat senior Barat di Beijing.

Cina belum meratifikasi empat dari delapan konvensi utama Organisasi Perburuhan Internasional, termasuk tentang kerja paksa dan hak untuk berunding bersama, yang menurut UE harus disetujui sebelum adanya perjanjian perdagangan apa pun.

Hubungan Cina - AS kian renggang

Sementara Amerika Serikat dikabarkan akan menambahkan puluhan perusahaan asal Cina, termasuk perusahaan pembuat chip SMIC, ke daftar hitam perdagangan. Dua orang yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Reuters pada hari Kamis (17/12).

Langkah tersebut dipandang sebagai upaya terbaru Presiden Donald Trump untuk menegaskan kebijakannya terhadap negara itu. Departemen Perdagangan AS juga dikabarkan akan menambahkan sekitar 80 perusahaan dan afiliasi tambahan ke daftar entitas tersebut, hampir semuanya adalah berasal dari Cina.

Kementerian Luar negeri Cina mengatakan bahwa jika benar, daftar hitam ini akan menjadi bukti penindasan AS terhadap perusahaan Cina dan bahwa Beijing akan terus mengambil “tindakan yang diperlukan” untuk melindungi hak-hak mereka.

"Kami mendesak AS untuk menghentikan perilaku keliru penindasan yang tidak beralasan terhadap perusahaan asing,” kata juru bicara kementerian Wang Wenbin pada konferensi pers reguler di Beijing, Jumat.

Belum ada konfirmasi dan komentar SMIC dan Departemen Perdagangan tentang masalah ini.

Pemerintahan Trump sering menggunakan daftar entitas - yang sekarang mencakup lebih dari 275 perusahaan dan afiliasi yang berbasis di Cina - untuk memukul industri utama negara ini. Yang termasuk dalam daftar tersebut antara lain adalah raksasa peralatan telekomunikasi Huawei Technologies Co dan 150 afiliasinya, dan ZTE Corp atas tuduhan pelanggaran sanksi, serta pembuat kamera pengintai Hikvision atas dugaan penindasan terhadap minoritas Uighur.

ae/hp (Reuters)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement