Senin 14 Dec 2020 15:46 WIB

Satgas: Penanganan Covid-19 di Pesantren tak Sederhana

Kompleksitas karena aktivitas di Ponpes nyaris selalu dilakukan bersama-sama

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Esthi Maharani
Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito
Foto: BPIP
Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengakui bahwa upaya pencegahan sekaligus penanganan Covid-19 di lingkungan pondok pesantren memang cukup kompleks. Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan, antisipasi penularan antarsantri perlu pendekatan kolaboratif yang melibatkan berbagai elemen di lingkungan pondok pesantren.

Kompleksnya pencegahan dan penanganan Covid-19 di pesantren juga disebabkan sebagian besar aktivitas di dalam pondok yang nyaris selalu dilakukan bersama-sama oleh para santri dan santriwati. Wiku menyebutkan, kegiatan yang melibatkan banyak orang dan mengharuskan untuk bertatap muka memiliki peluang terjadinya penularan Covid-19 lebih tinggi.

"Oleh karena itu timbulnya klaster di beberapa pesantren terjadi akibat sulitnya untuk mengendalikan tranmisi virus baik penularan yang terjadi antar orang di dalam pesantren atau penularan virus yang terbawa dari luar lingkungan pesantren," ujar Wiku kepada Republika, Senin (14/12).

Wiku juga menegaskan pemerintah tidak tinggal diam merespons semakin tingginya jumlah kasus positif di lingkungan pesantren. Menurutnya, pemerintah telah berupaya menggandeng lembaga, satuan komunitas, dan penyelenggara terkait untuk bekerja sama menyosialisasikan disiplin protokol kesehatan. Menurutnya, protokol kesehatan lagi-lagi menjadi senjata terampuh untuk menekan penularan Covid-19.

Mengenai intervensi untuk melarang kegiatan tatap muka, Wiku menyampaikan bahwa hal itu bukan wewenang pusat. Kebijakan mengenai izin pembelajaran tatap muka, termasuk di pondok pesantren, telah diberikan kepada pemerintah daerah. Karenanya, ia meminta pemda dan satgas di daerah untuk berkolaborasi melakukan pengawasan protokol kesehatan di pondok pesantren.

Klaster Covid-19 di ponpes memang tercatat semakin mengkawatirkan. Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) bahkan melaporkan, sedikitnya ada 1.449 santri yang tertular Covid-19 sejak September 2020 sampai saat ini. Jumlah tersebut tersebar di 6 provinsi dan 18 kabupaten/kota. Penularan tertinggi terjadi di Banyuwangi (Jawa Timur), Banyumas (Jawa Tengah), Tasikmalaya (Jawa Barat), Cilacap (Jawa Tengah), Polewali Mandar (Sulawesi Barat), dan Bantu (DI Yogyakarta).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement