Kamis 26 Nov 2020 12:47 WIB

Ketersediaan Tempat Tidur Isolasi di DKI Tinggal 25 Persen

Pemprov DKI Jakarta menyediakan 98 rumah sakit rujukan bagi pasien Covid-19.

Rep: Flori sidebang/ Red: Friska Yolandha
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta memperbaharui data mengenai keterisian tempat tidur isolasi dan ICU di 98 rumah sakit rujukan Covid-19. Berdasarkan data yang diunggah dalam akun Instagram @dkijakarta, hingga tanggal 22 November 2020, ketersediaan tempat tidur isolasi masih ada sebanyak 25 persen dari jumlah total sebanyak 6.061 unit.
Foto: Oky Lukmansyah/ANTARA
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta memperbaharui data mengenai keterisian tempat tidur isolasi dan ICU di 98 rumah sakit rujukan Covid-19. Berdasarkan data yang diunggah dalam akun Instagram @dkijakarta, hingga tanggal 22 November 2020, ketersediaan tempat tidur isolasi masih ada sebanyak 25 persen dari jumlah total sebanyak 6.061 unit.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta memperbaharui data mengenai keterisian tempat tidur isolasi dan ICU di 98 rumah sakit rujukan Covid-19. Berdasarkan data yang diunggah dalam akun Instagram @dkijakarta, hingga 22 November 2020, ketersediaan tempat tidur isolasi masih ada sebanyak 25 persen dari jumlah total sebanyak 6.061 unit.

Sementara itu, keterpakaian tempat tidur isolasi mencapai 75 persen dengan total pasien isolasi sebanyak 4.521 orang. Sedangkan untuk ketersediaan tempat tidur di ICU masih tersisa 31 persen dari total sebanyak 837 unit. Berdasarkan data itu, keterpakaian tempat tidur ICU bagi pasien Covid-19 mencapai 69 persen dengan total pasien berjumlah 578 orang.

Baca Juga

Untuk diketahui, Pemprov DKI Jakarta menyediakan 98 rumah sakit rujukan bagi pasien Covid-19. Selain itu, ada pula tiga hotel yang dapat digunakan untuk melakukan isolasi mandiri terhadap pasien positif virus corona. Tiga hotel itu, yakni Ibis Style di Mangga Dua, Jakarta Utara; U Stay Hotel di Mangga Besar, Jakarta Barat; dan Ibis Senen di Jakarta Pusat.

Di sisi lain, berdasarkan data yang ada di laman web corona.jakarta.go.id, hingga Rabu (25/11) dari 267 kelurahan yang ada di Jakarta, 261 di antaranya masih memiliki kasus positif aktif Covid-19. Terdapat lima kelurahan yang memiliki kasus positif aktif tertinggi.

Posisi pertama ditempati oleh Kelurahan Tebet Barat, Jakarta Selatan dengan jumlah 89 kasus positif aktif. Kemudian di urutan kedua dan ketiga terdapat Kelurahan Cilandak Barat, Jakarta Selatan; serta Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat. Masing-masing memiliki kasus positif aktif sebanyak 84 kasus dan 77 kasus.

Selanjutnya ada Kelurahan Cengkareng Timur, Jakarta Barat yang tercatat memiliki 73 kasus positif aktif. Urutan kelima dengan jumlah 66 kasus positif aktif ditempati oleh Kelurahan Klender, Jakarta Timur.

Adapun hingga Rabu (25/11), tercatat penambahan kasus harian Covid-19 di Jakarta mencapai 1.273 kasus. Sedangkan total kasus positif di Ibu Kota diketahui mencapai 130.461 kasus. Kemudian angka kematian akibat virus corona bertambah 17 orang dengan total 2.584 orang atau tingkat kematian sebesar dua persen.

Sementara itu, 8.778 orang masih menjalani perawatan maupun isolasi. Di sisi lain, 119.099 orang telah dinyatakan sembuh dengan tingkat kesembuhan mencapai 91,3 persen.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menyebut adanya kenaikan kasus aktif Covid-19 di Ibu Kota. Menurut dia, kenaikan itu terjadi lantaran efek dari libur panjang pada akhir bulan Oktober 2020 lalu.

“Kemudian bisa dilihat di sini (grafik kasus aktif) turun ke bawah, tapi ketika kita sudah mulai turun nih, tiba-tiba ada long weekend. Kita tetap laksanakan. Konsekuensinya kita sekarang mulai menyaksikan kenaikan lagi,” kata Anies dalam webinar Penanganan Kesehatan Pemulihan Sosial dan Ekonomi, Selasa (24/11).

Anies menjelaskan, setelah PSBB ketat jilid 2 dilakukan pada 14 September 2020 lalu, terjadi penurunan kasus di pertengahan bulan Oktober 2020. Namun, jumlah kasus kembali melonjak setelah ada pelonggaran dan libur panjang.

“Jadi betapa terlihat ada korelasi antara pengetatan kolektif, bukan insiden kolektif dengan pertumbuhan laju angka kasus aktif di Jakarta. Artinya, kita betul-betul harus antisipasi,” jelas dia.

Selain itu, dia menilai, mobilitas masyarakat juga memengaruhi jumlah kasus positif Covid-19. Ia menuturkan, semakin tinggi warga berada di luar rumah, maka makin tinggi peningkatan kasus penyebaran virus corona. “Betapa efek mobilitas penduduk terhadap peningkatan kasus itu terasa sekali,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement