Rabu 28 Oct 2020 20:45 WIB

Kebebasan Bicara Harus Setop Jika Singgung 1,5 Miliar Orang

Menurut Sisi, umat Islam punya hak yang setara untuk tak disakiti.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Kebebasan Bicara Harus Setop Jika Singgung 1,5 Miliar Orang. Presiden Mesir Abdel Fatah Al Sisi.
Foto: Welt.de
Kebebasan Bicara Harus Setop Jika Singgung 1,5 Miliar Orang. Presiden Mesir Abdel Fatah Al Sisi.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi mengatakan, kebebasan berbicara harus dihentikan jika menyinggung 1,5 miliar orang (Muslim). Pernyataannya terkait ditampilkannya kartun Nabi Muhammad SAW di Prancis. 

"Jika beberapa orang memiliki kebebasan mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran mereka, saya membayangkan ini harus berhenti ketika menyinggung perasaan lebih dari 1,5 miliar orang," kata Sisi dalam pidato peringatan hari lahir Nabi Muhammad, Rabu (28/10), dikutip laman Arab News. 

Baca Juga

Menurut dia, umat Islam punya hak setara untuk tak disakiti. "Kami juga punya hak. Kami memiliki hak agar perasaan kami tidak disakiti dan nilai-nilai kami tidak boleh disakiti," ujarnya. 

Kendati demikian, Sisi menegaskan dia menolak segala bentuk kekerasan dan terorisme yang mengatasnamakan agama atau membawa simbol agama. Saat ini, Prancis menjadi sorotan menyusul peristiwa pemenggalan kepala seorang guru oleh muridnya yang berusia 18 tahun pada 16 Oktober lalu.

Guru tersebut bernama Samuel Patty. Sebelum dibunuh, Patty diketahui menunjukkan kartun Nabi Muhammad SAW sebagai bagian dari pelajaran kewarganegaraan.

Opini publik Prancis terbelah dalam menanggapi peristiwa itu. Namun Presiden Emmanuel Macron jelas mengecam pembunuhan Patty. Menurut dia, peristiwa itu serangan teroris. Macron menegaskan, membuat dan memperlihatkan kartun Nabi Muhammad merupakan bagian dari kebebasan berbicara serta berekspresi di Prancis.

Macron pun mengeluarkan komentar bernuansa sentimen anti-Islam. Dia menyebut, Islam adalah agama yang tengah dilanda krisis di seluruh dunia. Sikap dan komentar Macron menuai kecaman dari dunia Arab, termasuk Turki dan Indonesia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement