Senin 10 Aug 2020 16:16 WIB

Kedai di Nanggewer Berikan Akses Wi-fi untuk Anak Sekolah

Anak sekolah dikenakan tarif Rp 2.000 per hari untuk bisa akses internet sepuasnya.

Rep: Rahayu Marini Hakim/ Red: Erik Purnama Putra
Anak-anak belajar sekolah dengan mengakses internet nirkabel di kedai milik Asri, Senin (10/8).
Foto: Rahayu Marini Hakim
Anak-anak belajar sekolah dengan mengakses internet nirkabel di kedai milik Asri, Senin (10/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Permasalahan pembelajaran jarak jauh muncul di permukaan, lantaran banyak siswa yang kesulitan memperoleh akses internet. Peduli terhadap masalah itu, sebuah kedai sederhana di Kelurahan Nanggewer, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menyediakan akses Wi-fi untuk anak-anak, sehingga warung tersebut selalu ramai didatangi anak-anak setiap pagi.

Pemilik kedai Asri (31 tahun), mengatakan, anak-anak akan mendatangi tokonya pada pagi hari untuk belajar secara daring. Dia hanya hanya memasang tarif Rp 2.000 bagi setiap siswa untuk bisa sepuasnya menikmati layanan internet.

"Masang Wi-fi awalnya karena suami suka nge-game, terus ternyata ramai buat ngegame anak sini. Trus kita kasih tarif Rp 2.000 untuk seharian,” ujarnya saat ditemui Republika di depan warung yang berjualan makanan ringan dan minuman dingin ini pada Senin (10/8).

Asri menuturkan, pada awalnya kedainya ramai dikunjungi anak-anak untuk mengikuti sekolah daring, lantaran ada satu siswa SD yang meminta izin mengikuti pembelajaran jarak jauh dengan meminta koneksi internet. Pihaknya pun dengan senang hati mengizinkan anak itu mendapatkan akses Wi-fi.

"Pas corona mulai makin rame, ada anak minta izin boleh gak katanya buat belajar online di sini. Terus kata saya boleh, bagus malahan untuk belajar. Orang tuanya juga pada dateng ke sini nitipin anaknya, ngaku tekor kalau harus beli data setiap bulan,” kata Asri menyinggung orang tua yang datang mengantarkan anak-anaknya.

Menurut Asri, kini kedai yang dibuka sejak 2015 ini selalu didatangi siswa SD hingga SMA setiap harinya. Karena itu, ia harus membuka kedai lebih pagi dari biasanya demi memberikan akses internet nirkabel kepada anak-anak yang harus mulai sekolah secara daring tersebut.

“(Dulu) biasanya buka pukul 09.00 WIB, tapi karena anak sekolah biasanya dikasih tugas pukul 07.30 WIB kita bukanya jadinya pukul 07.00 WIB,” ucap Asri yang dipanggil Tante oleh anak-anak sekolah.

Asri menyebut hanya ingin membantu anak sekolah yang kesulitan mengakses internet. Dia mengaku, tidak menyangka warungnya malah menjadi perhatian banyak pihak. Bahkan, kata dia, tidak sedikit orang tua yang menitipkan anaknya untuk belajar di kedai miliknya yang menjadi lebih laris daripada biasanya.

Pantauan Republika pada pukul 11.00 WIB, masih banyak anak yang berada di kedai tersebut. Hanya saja, sebagaian besar sudah selesai mengerjakan tugasnya sekolahnya dan beralih bermain game daring. Meski begitu, masih terlihat beberapa anak yang mengerjakan tugas dengan smartphone yang berjajar dengan bukunya.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement