Selasa 28 Jul 2020 08:52 WIB

Masyarakat Diminta Pahami Teori Pandemi

Dengan memahami prinsip teori tersebut, masyarakat diharapkan menjaga satu sama lain

Petugas mengenakan masker kepada seorang pengguna kendaraan saat Operasi Patuh Lodaya di Bunderan Binokasih, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Sabtu (25/7/2020). Polres Sumedang membagikan 7.500 masker bantuan dari Pemprov Jabar  kepada pengendara dan penumpang kendaraan umum pada operasi Patuh Lodaya yang digelar selama dua minggu guna mencegah penyebaran COVID-19.
Foto: ANTARA/RAISAN AL FARISI
Petugas mengenakan masker kepada seorang pengguna kendaraan saat Operasi Patuh Lodaya di Bunderan Binokasih, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Sabtu (25/7/2020). Polres Sumedang membagikan 7.500 masker bantuan dari Pemprov Jabar kepada pengendara dan penumpang kendaraan umum pada operasi Patuh Lodaya yang digelar selama dua minggu guna mencegah penyebaran COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Kabid Dokkes) Polda Kalimantan Selatan Kombes Pol dr Erwin Zainul Hakim mengatakan masyarakat perlu memahami teori pandemi agar bisa patuh protokol kesehatan.

"Ada teori yang harus dipegang dalam pandemi ini yaitu setiap orang dianggap sakit belum dia bisa membuktikan dirinya sehat," kata dia di Banjarmasin, Senin (27/7).

Dengan memahami prinsip dari teori tersebut, kata Erwin, maka masyarakat diharapkan dapat saling menjaga satu sama lain. Caranya, dengan selalu menggunakan masker, menjaga jarak dan rajin mencuci tangan.

Kemudian jika ada perubahan pada tubuh sekecil apapun seperti batuk, sesak napas, mual ataupun rasa tidak enak di tenggorokan dan penciuman maka segera periksa diri ke fasilitas kesehatan.

"Minimal cek darah rutin untuk mengetahui ada virus atau tidak. Atau tes cepat juga bisa guna skrining awal. Jika hasilnya reaktif, maka segera dilanjutkan tes usap," jelas dia.

Erwin menuturkan semua gejala sakit dalam masa pandemi harus mengarah pada Covid-19, sehingga tidak boleh dianggap sepele. Apalagi yang mempunyai penyakit bawaan seperti diabetes, darah tinggi, stroke ataupun kelainan jantung."Maka dari itu, kuncinya saat ini kita tidak menularkan kepada orang dan kita juga tidak ketularan," ujarnya.

Ada dua faktor yang menurut Erwin jadi penyebab seseorang tertular Covid-19, pertama imunitasnya turun sehingga virus mudah masuk. Kedua, imunitas tinggi atau baik, namun virus yang menyerang terlalu banyak hingga tubuh tidak kuat dan akhirnya terpapar."Jadi kita tidak boleh jumawa merasa diri sehat hingga yakin tidak terpapar dan akhirnya terkesan menantang virus. Contohnya, para tenaga kesehatan yang terpapar, banyak dokter muda yang sehat. Hal itu disebabkan mereka bekerja di lingkungan risiko tinggi yang sangat banyak virusnya maka akhirnya tertular juga hingga ada beberapa meninggal," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement