Jumat 17 Jul 2020 06:35 WIB

Al-Kautsar Ayat 3 Bantahan Terhadap Penghina Rasulullah

Di masa kenabian, menyebut seseorang dengan gelar abtar tentu merupakan penghinaan.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Fakhruddin
Al-Kautsar Ayat 3 Bantahan Terhadap Penghina Rasulullah. Ilustrasi Sahabat Nabi
Foto: Mgrol120
Al-Kautsar Ayat 3 Bantahan Terhadap Penghina Rasulullah. Ilustrasi Sahabat Nabi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Beberapa ayat di dalam Alquran ada yang memiliki Asbabun Nuzul ada juga yang tidak memilikinya. Ayat 3 di surah Al-Kautsar memiliki Asbabun Nuzulnya ayat 1 dan 2 nya tidak memilikinya.

Ayat 3 surah Al-Kautsar artinya. "Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus."

Ustaz Ahmad Sarawat mengatakan, para mufasir menyebutkan ada banyak versi kisah yang melatar-belakangi atau menjadi asbabun-nuzul surat Al-Kautsar ini, di antaranya:

 

1. Ka'b bin Al-Asyraf

Ketika Kaab bin Al-Asyraf tiba di Mekkah, orang-orang Quraisy mengatakan,"Anda adalah sayyid Quraisy, tidak kah Anda lihat Muhammad yang terputus keturunanya itu. Dia mengklaim sebagai orang yang terbaik di antara kami. 

Padahal kami ini yang memimpin haji, yang memberi minum haji". Ka'ab berkata,"Kalian wahai Quraisy, lebih baik dari Muhammad". Maka turunlah ayat ketiga Al-Kautsar. 

Riwayat ini datang dari Ibnu Abbas sebagimana diriwayatkan oleh Al-Bazzar dengan jalur sanad yang shahih.

 

2. Al-Ashi bin Wail

Orang-orang Quraisy biasa menyebut orang yang anak laki-lakinya meninggal dengan sebutan batara fulan. Maka tatkala Ibrahim putera Rasulullah SAW wafat, Al-Ashi bin Wail pun berkata "Batara Muhammad" Maka turunlah ayat ketiga.

Riwayat ini disebutkan oleh Abu Hatim dari As-Suddi. Al-Baihaqi juga meriwayatkan kisah yang sama. Sebagaimana juga Mujahid menyebutkan bahwa ayat ini turun terkait dengan Al-Ashi bin Wail.

 

B.Shaniaka (شانأك)

Kata syani' itu artinya adalah orang yang mencela. Asal katanya dari sya-na'a. Dalam kasus pada surat ini disebutkan bahwa pelakunya adalah Al-'Ashi bin Wail. Dia menghina Rasulullah SAW dengan sebutan antar, menyamakannya dengan hewan yang terpotong ekornya. 

Maksudnya karena Rasulullah SAW baru saja kematian puteranya, Ibrahim, dari hasil pernikahannya dengan Maria Al-Qibthiyah.Padahal Ibrahim itu satu-satunya anak laki-laki yang tersisa, setelah sebelumnya Qasim, sang kakak meninggal lebih lebih dahulu. 

Ketika Qasim meninggal, Rasulullah SAW yang bergelar Abul Qasim masih bisa bersabar dan menerima kenyataan bahwa masih ada satu lagi anak laki-laki yang jadi kebanggaannya, yaitu Ibrahim.

Namun ketika akhirnya Ibrahim pun dipanggil Allah SWT, maka Rasulullah SAW sama sekali tidak lagi memilik anak laki-laki. Keadaan semacam ini merupakan 'aib bagi bangsa Arab kala itu. 

Bahkan kata Ustaz Ahmad mereka rela untuk membunuh saja bayi-bayi perempuan mereka. Dan penderitaan Rasulullah SAW menjadi amat lengkap ketika Al-Ashi bin Wail melontarkan cacian kepada Rasulullah SAW yang sedang bersedih kala itu dengan sebutan abtar, alias orang yang terputus keturunannya. 

"Hinaan macam ini secara psikologis jauh lebih menyakitkan dari pada pukulan secara fisik. Karena hinaan ini sifatnya langsung menusuk hati sanubari seorang manusia. Tertohok telak di dada," katanya.

C. Al-Abtar (األبتر) Al-Abtar itu berasal dari batara (بتر ) yang maknanya buntung atau terpotong. Bila ada hewan terpotong ekornya, maka disebutlah hewan itu abtar. Ungkapan ini kemudian juga diberlakukan pada manusia, di mana laki-laki yang tidak punya kemaluan disebut abtar. 

Dan kemudian kiasannya disematkan pada laki-laki yang tidak punya keturunan yang laki-laki juga. Seolah-olah dia tidak punya alat kelamin laki-laki. "Di masa kenabian, menyebut seseorang  dengan gelar abtar tentu merupakan penghinaan kelas paling rendah," katanya.

Di dalam hadits ada disebutkan kata abtar ini, yaitu ketika Rasulullah SAW menyebutkan perkara yang tidak diawali dengan bismillah. "Segala perkara yang tidak diawali dengan bismillah maka terputus."(HR).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement