Senin 11 May 2020 07:00 WIB

Pernahkah Anda Perhatikan Serambi Utsmani di Sekitar Ka'bah?

Serambi Utsmani berkubah coklat di sekitar Ka'bah mempunyai sejarah sendiri.

Rep: Puti Almas/ Red: Nashih Nashrullah
 Serambi dengan kubah coklat di sekitar Kabah mempunyai sejarah sendiri.
Foto: anadolu agency
Serambi dengan kubah coklat di sekitar Kabah mempunyai sejarah sendiri.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH — Tahukah Anda bangunan berwarna cokelat yang berada di sebelah Ka’bah dan mengitarinya. Jika digambar di bawah ini, bangunan-bangunan menyerupai serambi dengan kubah-kubah yang berwarna cokelat? 

Pada 2012, mantan raja Arab Saudi Abdullah bin Abdul Aziz pernah memerintahkan pelestarian serambi Ottoman yang terdapat di dalam Masjidil Haram, Makkah, dalam sebuah proyek untuk memperluas area sholat. Serambi yang juga dikenal sebagai Ruwaq Utsmani yang bersejarah ini sebenarnya sempat diperdebatkan mengenai keberadaannya, yaitu apakah akan tetap dipertahankan atau justru dihancurkan saja.   

Baca Juga

Namun, Abdullah pada masa pemerintahannya meminta Ruwaq Utsmani tetap dipertahankan. Sementara itu, beberapa area serambi lainnya khususnya yang dibangun untuk waktu yang belum cukup lama dihancurkan selama proyek perluasan area sholat di Masjidil Haram tersebut.   

Pihak berwenang Arab Saudi mengumumkan bahwa bagian ruwaq yang dihancurkan adalah yang dibangun 10 tahun lalu. Bentuk aslinya telah mengalami kerusakan parah karena pekerjaan konstruksi di Safa dan Marwa. Hal ini sempat menimbulkan kemarahan di kalangan umat Islam yang tidak mengetahuinya.   

Hampir 300 bangunan bersejarah di sekitar Ka'bah telah dihancurkan sebagai bagian dari inisiatif untuk memperbesar area di sekitar Masjidil Haram dalam 80 tahun terakhir. Area Ruwaq Utsmani berasal dari abad ke-17 sebagai satu dari bagian tertua. Karena itu, apa yang dilakukan Pemerintah Arab Saudi dengan menghancurkannya sebagai bagian proyek renovasi sama dengan perusakan budaya.  

Pembangunan Masjidil Haram tidak terlepas dari masa kesultanan Turki Utsmani. Dalam masa kesultanan pada 1294 hingga 1924 Masehi, masjid yang kini menjadi salah satu tujuan utama umat Muslim untuk melaksanakan rukun Islam yang kelima itu dibangun.   

Pemerintah Turki telah menyuarakan kekhawatiran atas hilangnya Ruwaq Utsmani. Masalah ini telah dibicarakan dengan Arab Saudi melalui Kementerian Luar Negeri sejak 2010. Dalam sebuah pernyataan disebut bahwa sangat penting melestarikan area yang juga disebut sebagai teras Ka’bah itu.   

“Sangat penting untuk melestarikan teras Ka'bah sebagai peninggalan kekaisaran Ottoman di mana mereka berdiri," kata Direktorat Properti Kebudayaan dan Museum Turki dalam sebuah pernyataan kepada CNN.  

Sementara itu, dilansir Daily Sabah, proses penghapusan Ruwaq Utsmani yang telah lama dilindungi dan menyebabkan banyak perdebatan sejak proyek renovasi dilakukan pada Oktober 2012 telah berakhir. 

Dalam sebuah laporan, Saudi Binladin Group yang menjadi pengawas proyek perluasan Masjidil Haram telah mencapai kesepakatan dengan perusahaan konstruksi terkemuka Turki, Gürsoy Group, untuk restorasi. 

Sekelompok ahli dari Turki didatangkan untuk proses pemindahan ruwaq atau serambi. Sebanyak 2.754 keping termasuk 496 pilar, 881 pangkalan, 152 kubah, 232 kubah kecil, dan 993 parapet dipindahkan dalam kotak besar ke Muzdalifah, sebuah area terbuka dan datar di dekat Makkah  

Ketika para ahli Arab dan Turki menganalisis Ruwaq Utsmani, yang diketahui didirikan di bawah pemerintahan Sultan Selim II dan putranya Sultan Murat, mereka juga menemukan fakta-fakta mengejutkan yang terungkap 450 tahun kemudian. Kubah Ka'bah dibangun menggunakan teknik unik yang belum pernah terlihat dalam arsitektur Islam.   

Temuan menarik lainnya adalah sebagian besar pilar dan pangkalan dilaporkan berasal dari periode Hellenistik, sementara beberapa diciptakan pada saat kekhalifahan Umayyah. Bahkan, ada beberapa yang berasal dari Dinasti Abbasiyah. Para ahli kemudian mengeklaim bahwa batu pilar dibawa ke Ka'bah dari luar.  

Sebagai bagian dari proyek ekspansi, tingkat ruwaq harus sejajar dengan tingkat saat orang-orang bertawaf dengan memindahkan area ini 27 meter ke dalam. Selanjutnya, area akan diperluas dengan menghilangkan perbedaan tingkatan.  

Umat Muslim yang tawaf kemudian dapat melakukan kontak mata dengan Ka'bah. Pada akhir proyek, kapasitas Ka’bah diperkirakan tiga kali lipat, dengan kapasitas sebelumnya adalah 50 ribu dan kini mencapai 150 ribu orang. 

Batu-batu baru akan dikumpulkan dari Gunung Semasi, dari mana benda ini berasal. Kemudian, batuan akan ditempatkan pada pilar di tingkat yang sama dengan daerah tawaf tanpa mengubah penampilan aslinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement