REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai seorang ulama sufi, Syekh Yusuf al-Makassari pun dikenal mursyid (pembimbing) tarekat Khalwatiyah. Meski demikian, mubaligh kelahiran Gowa, Sulawesi Selatan, pada 1037/1627 itu juga bisa mengajarkan tarekat lainnya. Misalnya, Qadiriyah, Naqshabandiyah, Ba'lawiyah, dan Syattariyah. Itu semua sesuai ijazah yang pernah ia terima.
Dalam urusan tarekat ini, Syekh Yusuf pernah seperguruan dengan Syekh Abdur Rauf Singkel (1620-1693) dari Syekh Mulla Ibrahim, khalifah tarekat Syattariyah. Abdur Rauf Singkel mengajarkan tarekat Syattariyah di Singkel, sehingga silsilah Syekhnya sama dengan Syekh Yusuf.
Ajaran pokok tarekat Syekh Yusuf berkisar pada usaha manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT yang mengacu pada peningkatan kualitas akhlak yang mulia serta penekanan amal shalih dan zikir.
Ibadah shalat dan zikir--menurut Syekh Yusuf--merupakan amalan yang dapat membawa seorang salik sampai ke ujung suluknya. Dengan demikian, kedudukan zikir dalam tarekat Syekh Yusuf menempati posisi yang sangat penting.
Setiap pengikutnya wajib mengamalkan zikir, baik secara perorangan maupun kelompok. Tentang pokok-pokok ajaran tarekat dan seluk beluknya, di antaranya dapat kita temui penjelasan Syekh Yusuf dalam risalahnya berjudul An Nafhatu As Sailaniyah.
Dalam manuskrip lama ini terungkap petunjuk-petunjuk bagi orang yang akan mulai memasuki tarekat. Syekh Yusuf menjelaskan permulaan memasuki dunia tarekat itu dimulai dengan pengertian maqam (tempat) dan al-hal (kondisi).
Khusus berkaitan dengan tata cara melakukan zikir, salah satu amalan terpenting dalam tarekat, diuraikan dalam risalahnya berjudul Kaifiyat Al Dzikir (Cara-cara Berdzikir).