Kamis 06 Feb 2020 22:19 WIB

Doa Mualaf untuk Donatur PPPA Daarul Quran

Anggi salah satu mualaf bertekad menjadi donatur PPPA Daarul Quran.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Gita Amanda
Kantor PPPA Daarul Quran.
Foto: mgrol118
Kantor PPPA Daarul Quran.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PPPA Daarul Quran cabang Yogyakarta menjadi spirit Mochammad Anggi (33 tahun) untuk bertekad menjadi donatur Daarul Quran. Saat ini Anggi sedang menjadi anggota pemberdayaan PPPA Daarul Quran cabang Yogyakarta.

"Semoga keberkaan dan keselamatan selalu menyelimuti para donatur," kata Anggi kepada perwakilan PPP Daarul Quran Cabang Yogyakarta yang memberi satu tenda lipat merah lengkap dengan spanduk bertuliskan “Senyum Pemberdayaan Sandal Karakter Mas Anggi" pada Sabtu (1/2).

Baca Juga

Anggi berharap dengan bantuan modal usaha tersebut bisa memperbaiki ekonomi keluarganya. Tak lupa Ia juga menyelipkan doa dan terimakasih kepada para donatur yang telah berzakat dan bersedekah di PPPA Daarul Quran.

Anggi menyampaikan, ia sudah kenal dengan program-program pemberdayaan ekonomi di PPPA Daarul Quran. Anggi kenal tentang program PPPA Darul Quran dari Rozalo Koordinator Program Layanan Kemanusiaan PPPA Daarul Quran, di Tangerang. 

Oleh PPPA Darul Quran Anggi difasilitasi untuk membuka usaha kopi keliling, beberapa bulan berjalan usah dirasa tak ada ada kemajuan. Dengan tekat bulat Anggi berpindah haluan dari pedagang kopi menjadi pedagang sandal.

"Saya memutuskan untuk beralih usaha menjadi penjual sandal spons karakter," kata Anggi melalui keterangan tertulisnya, Kamis (6/2).

Dari berjualan sandal itulah Anggi mengaku penghasilannya mulai bertambah. Ekonomi keluarganya mulai membaik. Namun, Allah SWT memberikan cobaan, istrinya harus dirawat di rumah sakit dalam waktu yang cukup lama dan semua uang dari hasil usahanya habis untuk membiayai pengobatan istrinya.

Anggi berazam merubah kondisi keluarganya. Pada 2017 ia memboyong istri dan kedua anaknya untuk pindah ke Klaten. Anggi kembali menekuni pekerjaan lamanya menjadi pengamen, berbekal ukulele tuanya. Anggi berkeliling dari satu ruko ke ruko lainnya, satu bus ke bus lainnya selama dua tahun.

Tahun 2020 ini Anggi kembali berkeinginan untuk mencoba kembali peruntungannya di dunia usaha berjualan sandal spons karakter. Karena keterbatasan modal kepada PPPA Daarul Qur’an cabang Yogyakarta Anggi memohon bantuan untuk menjalankan usahanya kembali.

"Alhamdulillah pada 1 Februari kemarin permohonan saya dikabulkan," katanya.

Anggi merupakan seorang mualaf. Sembilan tahun lalu Anggi mengucap syahadatnya. Sudah sejak lama Anggi ingin menjadi seorang muslim, namun lingkungan dan terbatasnya informasi membuatnya mengurungkan niat. Semenjak kecil Anggi sudah hidup di dunia malam dan jalanan, Anggi dibuang kedua orang tuanya. Anggi dibesarkan oleh kedua orang tua tiri yang bekerja di kehidupan malam di Kalijodo.

Setamat SMP, Anggi memutuskan pergi meninggalkan kedua orang tua tirinya. Karena tidak punya keahlian apapun, ia bertahan hidup mengandalkan hasil dari menjadi pengamen sampai 2010.

Pada 2011 Anggi memutuskan ikut pembinaan program dari Kementerian Sosial (Kemensos). Melalui program itulah Anggi mendapatkan pelatihan tentang kewirausahaan berupa keterampilan las dan difasilitasi belajar agama Islam. Pada waktu itulah Anggi mengucap dua kalimah syahadat dan sebulan kemudian memutuskan untuk menikah.

Pada 2015, Anggi mengikuti kembali pembinaan dari Kemensos, kali ini pembinaan ditujukan untuk tenaga transmigrasi. Ia benar-benar berharap pembinaan kali ini bisa mengubah kehidupannya, namun nasib baik belum berpihak kepadanya.

"Delapan bulan mengikuti pembinaan saya dinyatakan tidak lolos," katanya mengenang masa lalunya.

Setahun berselang katanya, dia mencoba lagi mengikuti program yang sama di Kabupaten Klaten. Meski lolos tes, program transmigrasi terpaksa ia batalkan karena istrinya mengalami gagal ginjal dan memutuskan untuk kembali lagi ke Bekasi.

Hari-harinya dilalui mengantar istrinya berobat jalan dan setiap sebulan sekali harus menjalani cuci darah. Anggi mengaku bingungan harus kemana mencari uang untuk membiayai pengobatan istrinya. 

Beruntung Allah SWT telah mempertemukan dengan Rojali yang kemudian Anggi difasilitasi untuk membuka usaha kopi keliling, beberapa bulan bejalan ia kemudian memutuskan untuk beralih usaha menjadi penjual sandal spons karakter.

Dari berjualan sandal itulah penghasilannya mulai bertambah. Ekonomi keluarganya mulai membaik, Allah SWT memberikan cobaan, istrinya harus dirawat di rumah sakit dalam waktu yang cukup lama dan semua uang dari hasil usahanya habis untuk membiayai pengobatan istrinya. Untuk mengatasi masalah tersebut Anggi dibantu lagi PPPA Darul Quran cabang Yogyakarta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement