Jumat 07 Feb 2020 00:57 WIB

IMM Gelar Pembukaan Tanwir Ke-28

Tanwir IMM ke-28 mengambil tema 'Bersatu Memajukan Indonesia'.

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) menggelar pembukaan tanwir IMM ke-28.
Foto: Ist IMM
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) menggelar pembukaan tanwir IMM ke-28.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) menggelar pembukaan tanwir IMM ke-28 di Asrama Haji Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan Tema "Bersatu Memajukan Indonesia". Pelaksanaan tanwir IMM ke-28 akan berlangsung selama tiga hari sampai tanggal 9 Februari 2020.

Pembukaan yang di hadiri langsung oleh ketua umum pimpinan pusat muhammadiyah, Prof. Dr. H. Haedar Nashir M.Si; Ketua umum Pimpinan Pusat Aisyiah, Hj. Siti Noordjannah Djohantini, M.M., M.Si.; Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, M.Pd.; dan Ketua Umum PWM NTB

Dalam sambutan yang sekaligus membuka Tanwir IMM ke 28, Haedar mengatakan IMM perlu mempertimbangkan perubahan zaman jika IMM ingin mendinamisasi gerakannya. ''Kader IMM perlu meningkatkan kemampuan, kompetensi, dan kompetensi identitas IMM itu sendiri,'' kata Haedar, seperti dikutip dari rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (6/2).

Melihat situasi saat ini, baik dalam konteks keumatan dan kebangsaan, syarat perkembangan dan dinamika menjadi sangat kompleks. Kader IMM diharapkan dapat beradaptasi pada pengembangan, tetapi tetap berpijak pada identitas.

''IMM harus mendukung hari ini untuk menyonsong masa depan dengan tantangan yang kompleks,'' tegas Haedar.

Haedar berpesan agar tanwir yang mengangkat tema “Bersatu Memajukan Indonesia” ini menjadi wadah untuk perdebatan intelektual dan tajdid yang mendukung dengan keadaban akhlak yang baik.

Ketua umum DPP IMM, Najih Prastiyo, menyampaikan bahwa perbedaan pemikiran tidak boleh menjadi sumber perpecahan. Para pendiri bangsa mencontohkan bahwa walaupun berbeda ideologi namun bisa tetap bersahabat.

''Hari ini kita menghadapi fenomena banyak orang yang tidak bisa menerima perbedaan. Padahal dahulu HOS Cokroaminoto mendidik tiga murid yang berbeda ideologi, yakni Soekarno, Kartosuwiryo dan Semaun. Mereka bertiga bersahabat walau berbeda ideologi,'' katanya.

Najih juga menegaskan bahwa kita harus meninggalkan generasi penerus yang kuat. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An Nisaa ayat 9.

IMM mencoba mencetak generasi yang kuat secara intelektual melalui program Djazman English Course. ''Hari ini kita harus mempersiapkan SDM yang unggul salah satunya dalam bidang bahasa. Oleh karena itu, DPP IMM membuat program unggulan pelatihan bahasa Inggris bernama Djazman English Course. Melalui program ini, diharapkan lahir banyak kader yang bisa mendapatkan banyak beasiswa di luar negeri,'' ujar Najih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement