JAKARTA -- Ketegangan berlanjut saat Tambuang memutuskan untuk menikah dengan kekasihnya, Aida Hidajati, yang merupakan seorang Muslim Jawa. Keluarga mereka tidak setuju.
Hidajati, yang kini menjadi istri Tambuang, mengungkapkan bahwa mereka melalui perjalanan yang panjang dan berliku serta air mata. Sebabnya, mereka berasal dari etnis yang berbeda.
"Ada saat-saat ketika saya merasa ingin menyerah karena mereka menyulitkan kami hanya karena dia orang Tionghoa dan saya orang Indonesia asli," ungkap Hidajati.
Namun, keduanya melawan segala rintangan dan akhirnya menikah. Mereka kini telah dikaruniai dua anak, yang berusia 16 dan 8 tahun. Wanita berusia 51 tahun itu mengungkapkan, keadaan mulai membaik saat anak pertama mereka lahir.
Hidajati mengatakan, mereka kini memiliki hubungan yang sangat baik dengan keluarga dekat mereka. Akan tetapi, rupanya masalah tidak surut. Terkadang masalah masih muncul dalam keluarga besar mereka. Pasalnya, beberapa waktu lalu ia harus keluar dari grup WhatsApp keluarga lantaran mereka kerap membuat pernyataan ofensif tentang Islam.
"Saya sudah mencoba untuk mengklarifikasi hal-hal sebelumnya tetapi kemudian sudah cukup bagi saya. Saya menyadari bahwa saya adalah minoritas di antara orang-orang ini dan saya menerimanya. Aku masih berupaya," ujarnya.
Tambuang dan Hidajati mulai menjelaskan latar belakang keluarga mereka kepada anak-anak mereka ketika mereka masih sangat muda. Menurut Tambuang, ia memberi tahu anak-anaknya soal garis keturunan mereka dan mengapa beberapa orang berpikir mereka berbeda.
"Tapi saya selalu mengingatkan mereka bahwa kita adalah orang Indonesia, bagaimanapun juga. Anak bungsu saya Billy pernah memberi tahu kami bahwa teman-temannya di sekolah biasa memanggilnya 'China! China!'. Untungnya, dia tidak terpengaruh dan hanya mengabaikannya. Dan anak-anak itu akhirnya berhenti mengejeknya," tambahnya.
Kendati telah menyaksikan dan mengalami banyak hal melalui mata minoritas di dalam minoritas, Tambuang mengatakan ia tidak pernah berhenti untuk memimpikan Indonesia yang lebih toleran. Ia menganggap masa lalu adalah hal yang telah berlalu.