Sabtu 18 Jan 2020 08:33 WIB

Pesan Mualaf Dina: Allah Pasti akan Berikan Jalan Terbaik

Mualaf Dina Septia melalui ujian demi ujian dan tetap istaqamah dalam Islam.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Mualaf Dina Septia belajar untuk tetap istiqamah menjalankan iman, islam, dan ihsannya.
Foto: Dok Istimewa.
Mualaf Dina Septia belajar untuk tetap istiqamah menjalankan iman, islam, dan ihsannya.

REPUBLIKA.CO.ID, Allah SWT memberikan berkah luar biasa kepada Dina Septia. Perempuan 29 tahun ini tetap memilih keimanannya meski ujian berat menimpanya. Bahkan dia menguatkan keimanannya justru di saat terpuruk. Dia harus menghadapi akhir rumah tangga yang tidak bahagia di usia muda.

Rumah tangga yang dia rajut hanya bertahan empat tahun. Dina menikah pada 2011 saat berusia 22 tahun. 

Baca Juga

Padahal ketika itu dia rela untuk meninggalkan orang tuanya untuk memilih pria ini. Mantan suaminya tersebut adalah muslim dan bisa mengajak Dina untuk memeluk Islam.  Tetapi di tengah perjalanan, bimbingan sebagai seorang suami dan imam tidak didapatkannya. Justru kecewa dan rasa sakit hati karena ternyata suaminya bukanlah orang yang setia. 

Dina mengakui memeluk Islam memang karena ingin menikah dengan pria Muslim.  "Di akhir 2010 saya bersyahadat dan mendaftarkan pernikahan di KUA awal 2011," jelas dia.

Mulanya baik berpindahnya keyakinan dan pernikahan tersebut mendapat pertentangan dari kedua orang tuanya. Namun dia bersyukur masih memiliki keluarga yang Muslim.  "Saya tetap bertekad untuk menikah meski harus pindah agama, toh mama juga dulu menikah dan berpindah agama ikut papah," ujar dia.

Pamannya yang seorang ustaz menguatkan Dina untuk terus melangsungkan pernikahan meski harus dengan wali hakim. Sejak memeluk Islam, Dina pun ingin membuktikan kepada orang tuanya bahwa dia bisa bahagia.

Dia juga mulai belajar shalat dan mengaji. Bibinya yang terus menuntun dia untuk dapat membaca bacaan dan menghafal gerakan shalat.

Dina memang tidak terlalu kesulitan untuk menghafal surah-surah pendek. Ini karena lingkungan rumah dan keluarganya yang Muslim.  

Sejak kecil meski dia berbeda agama, dia sering bermain dan ikut mengaji di langgar. Sehingga tidak heran jika dia cepat menghafal surah-surah pendek.

Ibu dua anak asal Bogor ini mengakui, meski mudah tetapi dia sebenarnya tak paham bahasa arab hanya sebatas mengaji //kuping//. Gerakan shalat pun awalnya agak kesulitan untuk menghafal.

Namun lambat laun dia dapat dengan lancar untuk menjalankan shalat lima waktu. Ibadah lain yang tak mudah dilakukan adalah pertama kali berpuasa Ramadhan selama 30 hari.

Apalagi ketika itu, dia baru saja melahirkan anak. Saat tahun pertama, dia belum sanggup berpuasa karena baru saja melahirkan.  

Baru di tahun kedua mualafnya dia menjalani puasa meski tidak penuh satu bulan. “Tahun pertama belum satu bulan penuh karena masih menyusui juga,”jelas dia. 

Dina yang baru saja menjadi Muslim dan menyusui menjalani puasa lebih berat dibanding mualaf pada umumnya. Tak hanya itu, puasa Ramadhan diyakininya tak hanya menahan haus dan lapar, menahan emosi dan hal-hal negatif juga harus dihadapinya.

Baru tahun ketiga setelah mualaf, Dina sudah sanggup puasa satu bulan penuh. Dengan penuh tekad bahwa puasa Ramadhan merupakan satu bentuk ibadah wajib bagi umat Muslim.

Dina bertekad untuk berpuasa penuh karena hanya satu bulan dalam satu tahun dan menahan godaannya. Dina juga bercerita suka duka ketika berpuasa Ramadhan karena sahur dan buka sendiri tanpa orang tua.   

Pada 2013, Dina merasakan kesedihan luar biasa. Tak hanya dirundung masalah yang sangat berat, dia pun merasa telah mengecewakan kedua orang tuanya.

Bagaimana tidak? Ucapannya yang ingin membuktikan dia dapat bahagia pun ternyata tak tebukti. Jelas saja, meski orang tuanya kecewa, mereka pun sedih atas masalah yang menimpa putrinya.

Ucapan tak mengenakkan pun harus didengarnya. Bahkan kedua orang tuanya menyalahkan dia karena telah menikahi seorang pria Muslim dan pindah agama. 

Namun paman dan bibinya kembali menguatkan dia. Berkali-kali paman dan bibinya mengingatkan bahwa menjadi Muslim memang selalu mendapat ujian untuk membuktikan keimanan kita.  

Kadang ujian itu terasa sulit kadang ada yang mudah. Tetapi tidak ada ujian yang diterima melebihi kemampuan hamabanya. Dina terus mempercayai kata-kata itu.  

"Paman saya pernah bilang saat tahu saya mendapat ujian dari suami saya, bukan agama atau Islamnya yang salah tetapi orangnya yang tidak bisa membimbing dan menjalankan ajaran Islam," tutur dia. 

Di waktu dia mendapatkan ujian dan memutuskan berpisah, dia terus bertanya-tanya dan berdoa kepada Allah. Dina mempertanyakan apakah pengorbanannya selama ini sia-sia, apakah memeluk Islam adalah pilihan yang tepat, apa ini yang terbaik bagi hidupnya. 

"Saya terus berdoa tanpa henti, apalagi saya masih memiliki anak yang masih kecil, saat itu baru berusia tiga tahun," kata dia.

photo
Mualaf Dina Septia tetap berupaya untuk mempertahankan imannya di tengah ujian bertubi-tubi. Foto dok istimewa

Dina berharap berada dalam agama Islam adalah pilihan yang tepat dan Allah benar-benar telah memilihnya. Meskipun di saat-saat terkalutnya dia pernah meninggalkan shalat. Namun Allah SWT memberikan jawaban lewat hal yang tidak terduga. Dia dikelilingi teman-teman yang baik.

Teman satu pekerjaannya ternyata sering memperhatikan dia. Saat dia terpuruk dan jauh dari Allah, ternyata temannya mengingatkan untuk shalat.

Dari situ dia mulai tersadar, rasa malu mulai muncul. Bagaimana Allah akan memberikan jalan keluar jika semakin menjauh dari Allah.

Dina mulai rutin shalat lima waktu, termasuk shalat berjamaah Zhuhur di kantor. Tak hanya itu, karena hampir semua teman-temannya berjilbab, dengan rasa malu dan kewajiban sebagai seorang Muslim, dia pun menutup auratnya.  

Perlahan dia mengenakan jilbab dari mulai hanya pergi bekerja saja hingga berjilbab jika keluar rumah.

Dia pun lebih sering menghadiri kajian, tabligh akbar di sekitar rumahnya. Mengkaji agama pun dilakukannya bersama paman dan bibinya.

Menjadi seorang ibu tunggal membuatnya lebih tegar. Dia sadar bahwa saat memeluk Islam karena seorang laki-laki, Allah akan menguji keimanannya dengan laki-laki tersebut. Apakah dia tetap beriman jika laki-laki itu pergi. Ternyata Dina mampu melalui itu.

Pada 2017 Allah memberikan berkah atas keteguhan imannya. Dia dipertemukan dengan seorang laki-laki yang mampu membimbingnya. Tak hanya dalam hal rumah tangga, kedua orang tuanya pun merestui Dina menikah dengan pria ini. Kini dengan pria saleh ini Dina telah dianugerahi anak laki-laki.

"Alhamdulillah, pernikahan yang terakhir ini kedua orang tua saya merestui, dan memang orang tua saya cocok, kita juga sudah sama-sama dewasa," jelas dia.

Dina berharap ini menjadi pernikahan terakhirnya dan terus menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah. Kini Dina tak lagi berkarir, dia memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga dan mendidik kedua anaknya menjadi anak yang sholih.

Dina pun berpesan kepada mereka yang akan memeluk Islam maupun baru memeluk Islam, untuk selau tetap istiqamah. Setiap Muslim pasti akan mendapat ujian tetapi yakinlah kepada Allah, Allah SWT pasti akan memberikan jalan yang terbaik. Kesabaran pasti akan mendapatkan hasilnya.  

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement