Senin 13 Jan 2020 09:46 WIB

Indonesia dan UEA Sepakat Kerja Sama Moderasi Beragama

Indonesia dan UEA bersinergi menguatkan moderasi beragama.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Indonesia dan UEA bersinergi menguatkan moderasi beragama. Foto shalat berjamaah (ilustrasi)
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Indonesia dan UEA bersinergi menguatkan moderasi beragama. Foto shalat berjamaah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA) menjalin kerjasama dalam urusan agama Islam dan wakaf. Kerjasama ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman oleh Menteri Agama, Fachrul Razi dan Ketua Otoritas Umum Bidang Urusan Islam dan Wakaf UEA, Mohammed bin Matar al Kaabi.

Penandatanganan nota kesepahaman berlangsung di Istana Kepresidenan Qasr al-Wathan, Abu Dhabi pada Ahad (12/1). Penandatanganan ini disaksikan Presiden Joko Widodo dan Putra Mahkota UEA, Shaikh Muhammed Ben Zayed (MBZ). 

Baca Juga

"Alhamdulillah, saya beserta Ketua Otoritas Umum Bidang Urusan Islam dan Wakaf UEA, Mohammed bin Matar al Kaabi telah menandatangani MoU tentang urusan agama Islam. Penandatangan MoU ini dilakukan dalam kesempatan pertemuan antara Presiden Jokowi dan Crown Prince Muhammed Bin Zayyed di istana kepresidenan Qasr al-Watan, Abu Dhabi," kata Fachrul di Jakarta, Ahad (12/1). 

Menag menyampaikan, salah satu poin penting sinergi Indonesia dan UEA adalah promosi moderasi beragama dan bahaya ekstremisme. 

Sementara itu, Sekjen Kementerian Agama (Kemenag), M Nur Kholis Setiawan yang mendampingi Menag, menjelaskan ada sejumlah isu kerja sama bilateral antara Indonesia dan UEA yang terkait urusan agama Islam dan wakaf.  

Dia mengatakan, pertama, pertukaran pengalaman dan keahlian untuk mempromosikan konsep-konsep moderasi beragama, nilai-nilai toleransi, dan meningkatkan kesadaran publik dalam menghadapi bahaya ekstremisme. 

Kedua, pengembangan kapasitas imam, khatib, dan mufti melalui berbagi praktik terbaik. Ketiga, pertukaran keahlian di bidang penghafalan Alquran, pembacaan dan terjemahan Alquran dan sunah.

"Keempat, pertukaran pengalaman di bidang manajemen wakaf, pengembangan dan investasinya. Kelima, bertukar cetakan, publikasi, dan terjemahan kitab suci Alquran serta hasil cetakan, hasil penelitian, publikasi, dan majalah," kata Nur Kholis.  

Dia menambahkan, kerjasama yang keenam, pertukaran keahlian dalam pembangunan, pemeliharaan dan pengelolaan masjid. Tujuannya untuk mempromosikan masjid sebagai tempat ibadah dan bimbingan keagamaan moderat yang aman. Terakhir pertukaran delegasi dan peserta di semua tingkatan dan partisipasi pada forum, konferensi, dan Musabaqah Alquran.

Nur Kholis mengatakan, hal lain yang akan dibicarakan terkait rencana bantuan hibah (grant) pemerintah UEA berupa pembangunan fisik Grand Mosque Muhammad bin Zayyed di Solo, Jawa Tengah. 

Bantuan ini merupakan bagian dari komitmen UEA bersama Indonesia dalam membangun masjid yang ramah bagi semua orang untuk penyebaran Islam wasathiyah dan moderasi beragama. "Kita juga akan menjalin kerjasama dalam penguatan e-learning madrasah," ujarnya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement