Sabtu 28 Dec 2019 15:45 WIB

Filsuf yang Bersyahadat Usai Bermimpi Bertemu Rasulullah

Filsuf Ibn al-Khammar sempat tak mengakui kenabian Muhammad SAW.

Filsuf Ibn al-Khammar bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW padahal pernah mengingkari beliau. Foto makam Rasulullah SAW.
Foto: Yogi Ardhi/ Republika
Filsuf Ibn al-Khammar bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW padahal pernah mengingkari beliau. Foto makam Rasulullah SAW.

REPUBLIKA.CO.ID, Tak banyak sumber yang mengungkapkan kehidupan tokoh filsuf Abad Pertengahan ini. Dia adalah Abu al-Khayr al-Ḥasan ibn Suwar Ibn al-Khammar. Dia berasal dari Baghdad Irak, dan hidup pada abad ke-10 Masehi. Pada mulanya, dia merupakan filsuf yang anti kenabian. Dia sempat mengingkari kenabian dan kerasulan Muhammad SAW.      

Sumber utama yang menyingkap kehidupannya adalah artikel yang ditulis al- Syahraruzi. Dia menuliskannya berdasarkan penuturan Ibnu Ushaibia dan al-Baihaqi. Al-Syahraruzi menceritakan karier al-Khammar. Misalnya, perjalanan al- Khammar ke Ray, Persia, sekitar 1002 M. 

Baca Juga

Di sana, dia mendedikasikan sebuah karyanya kepada penguasa setempat bernama Abu Sa’d Muhammad al-Hamadani. Selanjutnya, ia pindah ke Khawarizm bersama ilmuwan terkenal, Ma’mun bin Muhammad bin Khawarizmsyah. 

Ketika menetap di kota yang berada di wilayah Asia Tengah itu, dia menulis buku berjudul Maqala fi Imtihan al-Atibba yang dipersembahkan untuk Sultan Abu al- Abbas Ma’mun. Selama 15 tahun, dia berada di sana, lalu dia pindah ke Ghaznah. Pada saat itulah, Sultan Ma’mun memintanya masuk Islam.

 

Namun, al Khammar keberatan. Tiada paksaan dari sultan. Beberapa waktu kemudian, tokoh itu menjadi Muslim dengan sendirinya. Keluarga al-Khammar adalah penganut Nasrani aliran Nestorian. Akan tetapi, dia lantas menjadi seorang Muslim setelah melalui pengalaman religius yang membuatnya sangat terkesan. Ada kisah di balik kepindahan agama al-Khammar.

Suatu hari, dia bertemu guru agama yang sedang mengaji. Ketika mendengar lantunan Alquran bersuara merdu, dia pun tersentuh. Dia segera menangis tersedu selama hampir satu jam. Pada malam harinya, dia bermimpi bertemu Rasulullah. Nabi Muhammad muncul di hadapannya dan berkata dengan tegas, Tidak pantas bagi orang berpengetahuan seperti engkau mengingkari kenabianku.

Dalam mimpinya, dia masuk Islam. Setelah terbangun, dia merasa takjub. Tak berpikir panjang, al-Khammar segera menyatakan keislamannya secara terbuka. 

Dia bertekad menjadi Muslim seutuhnya. Setelah itu, urai Joel L Krae mer, tokoh ini gencar mempelajari ilmu hukum Islam (fikih). Al-Khammar berusaha menghafal Alquran walau usianya tidak muda lagi. Luka serius setelah terjatuh dari kuda menjadi penyebab dia menghembuskan napas terakhir di Ghazni, Afghanistan. 

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement