Kamis 05 Dec 2019 05:06 WIB

Mengenal Takdir Tuhan?

Jadi, kenalilah takdir Allah dan kenalilah hukum alam.

Takwa (ilustrasi).
Foto: alifmusic.net
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Nasrulloh

"Sesungguhnya, Kami telah menciptakan segala sesuatu dengan takdir (yang telah Kami tetapkan kepadanya di Lauhil Mahfudz." (QS al-Qamar:49). Takdir adalah keniscayaan dan kehidupan yang tidak terlepas darinya. Jika seseorang memahami takdir dengan benar, niscaya ia memahami kehidupan tetapi jika keliru memahaminya, niscaya ia tak mampu memahami kehidupan.

Apakah kepintaran dan kebodohan, kebahagiaan dan kesengsaraan, masuk surga dan neraka adalah ketentuan Allah semata? Ternyata, takdir terbagi menjadi dua, ada takdir yang memaksa dan ada takdir yang bijaksana.

Pertama, ada takdir yang memaksa. Takdir yang memaksa adalah ketentuan Allah yang diterima tanpa ada sangkut paut dengan usaha seorang hamba. Ketika dilahirkan, bisakah Anda memilih untuk menjadi seorang laki-laki atau memilih menjadi seorang perempuan?

Yah, jawabannya tidak bisa. Demikian adalah contoh takdir yang memaksa. Takdir tersebut tidak bisa diganggu siapa pun, hanya Allah yang maha tahu atas ketetapannya. Kedua, ada takdir yang bijaksana. Takdir ini merupakan ketetapan Allah kepada seluruh hamba-Nya agar mereka dapat memilih dan berusaha.

Jika kepintaran dan kebodohan adalah ketetapan Allah yang memaksa, tidak ada satu orang pun di dunia ini yang mau belajar. Karena mereka tahu, meskipun mereka belajar, kalau Allah menakdirkan bodoh, ya pasti bodoh.

Lalu, di mana letak takdir Allah? Jika ingin pintar maka belajarlah dan jika ingin bodoh maka bermalas-malasanlah, itulah ketetapan Allah dan pilihlah sesuai keinginanmu. Begitupun dengan masalah masuk surga dan neraka. Ini masalah pilihan, jika beriman dan beramal saleh, pastilah surga bagiannya.

Maka, sesungguhnya Allah tidak pernah zalim kepada makhluknya, justru makhluklah yang menzalimi diri sendiri.Takdir Allah bisa disebut dengan sunatullah. Sunatullah (hukum Allah) sering disebut dengan hukum alam.

Orang kafir (ateis) meyakini, hukum alam ini berdiri sendiri, tidak ada seorang pun yang mengatur hukum alam ini. Namun, Islam memahami bahwa hukum alam tidak berdiri sendiri. Artinya, hukum alam beroperasi sesuai aturan yang telah ditetapkan Allah.

Contoh, hukum alam menyatakan, api itu panas dan memang itu faktanya. Namun, apakah hukum alam ini bisa berubah? Islam menjawab 'bisa'. Ketika nabi Ibrahim AS dimasukkan ke dalam api yang sangat panas, apakah nabi Ibrahim merasakan panas? Allah memerintahkan api tersebut supaya terasa dingin dan aman. Inilah bukti, Allah yang menghukumi alam. Jadi, kenalilah takdir Allah dan kenalilah hukum alam. Wallahu a'lam bisshawab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement