Rabu 11 Dec 2019 05:30 WIB

Mengapa Harus Libatkan Allah SWT dalam Istikharah Kita?

Istikharah bentuk kepasrahan hamba kepada Allah SWT.

Shalat istikharah membantu mengatasi kebimbangan seorang hamba Allah SWT. Foto ilustrasi beribadah
Foto: Ajit Solanki/AP
Shalat istikharah membantu mengatasi kebimbangan seorang hamba Allah SWT. Foto ilustrasi beribadah

REPUBLIKA.CO.ID, Istikharah berasal dari kata ista'khara-yast'akhiru yang berarti memohon kebaikan dari setiap urusan. Dalam konteks hubungan manusia dengan Allah SWT, istikharah berarti memohon kepada Allah SWT agar setiap keputusan yang akan diambil benar-benar merupakan keputusan terbaik yang mengandung kemaslahatan. 

Baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Ini berarti juga bahwa istikharah adalah berlindung kepada Allah SWT dari keburukan setiap keputusan yang akan diambil.

Baca Juga

Bagi setiap Muslim, istikharah adalah kebiasaan yang sangat baik dilakukan. Istikharah selayaknya menjadi aktivitas rutin yang senantiasa mengiringi setiap Muslim dalam menentukan keputusan.

Dalam kehidupan yang sangat kompleks, manusia pasti dihadapkan pada berbagai macam urusan yang tarik-menarik sehingga sulit diselesaikan dengan satu keputusan. Bagi seorang Muslim, keadaan seperti ini tidak akan membuatnya bingung apalagi stres, sebab ia masih dapat menempuh satu cara yaitu dengan melakukan istikharah. Ini bisa dilakukan dengan shalat dua rakaat, doa, atau zikir yang dicontohkan Rasulullah SAW.

Dari sisi spiritualitas, istikharah menunjukkan kualitas keimanan seorang Muslim. Semakin sering ia beristikharah, semakin tinggi pula keyakinannya kepada pertolongan Allah SWT. Ia yakin bahwa Allah SWT hanya akan menganugerahkan kebaikan dari setiap keputusan jika kita memohon petunjuknya dengan penuh kerendahan hati.

Di sisi lain, istikharah juga menjadi bukti kepasrahan seorang Muslim kepada Allah SWT. Artinya, apa pun hasil dari keputusan yang telah diambil, sepenuhnya akan diterima sebagai bagian dari usaha yang ditempuhnya dengan keyakinan kepada Allah SWT sebagai penentu segala sesuatu. 

Sayangnya, kesombongan manusia kadang membuat dirinya lupa kepada Allah SWT. Penyembahan kepada rasio sering membuat manusia lupa akan peran Allah SWT dalam menentukan sesuatu bagi manusia. 

Akibatnya, muncul anggapan bahwa dirinya yang menjadi penentu setiap sesuatu. Alih-alih melakukan istikharah, mereka justru terbuai oleh kemampuan rasio yang sebenarnya adalah anugerah Allah SWT sekaligus cobaan bagi manusia. Sikap seperti ini tidak akan terjadi dengan adanya kesadaran akan manfaat istikharah bagi jiwa manusia. Hati orang yang membiasakan istikharah akan senantiasa tenang dan terbuka menerima apa pun yang terjadi.

Orang yang membiasakan istikharah hatinya senantiasa mantap, jauh dari sikap ragu-ragu dalam mengambil setiap keputusan. Ini muncul dari keyakinan bahwa Allah SWT akan membimbing orang yang membiasakan istikharah dalam menjalankan aktivitas hidupnya.

Dalam sebuah hadis diungkap kesaksian Abu Bakar RA, bahwa Rasulullah SAW jika berkehendak memutuskan suatu hal, beliau selalu beristikharah dengan berdoa, ''Ya Allah, anugerahkanlah kebaikan kepadaku dari setiap urusanku dan pilihkanlah keputusan yang terbaik bagiku.'' (HR al-Tirmidzi). Karena itu, mari kita latih diri kita untuk membiasakan istikharah sebelum mengambil setiap keputusan agar senantiasa berada dalam bimbingan Allah SWT. 

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement