Selasa 03 Dec 2019 16:40 WIB

ACT Jabar Beri Bantuan Guru Berpenghasilan tidak Layak

Bantuan kepada guru berpenghasilan rendah merupakan program Sahabat Guru Indonesia

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Gita Amanda
ACT Jabar bantu guru berpenghasilan tak layak.
Foto: dok. ACT
ACT Jabar bantu guru berpenghasilan tak layak.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Organisasi Kemasyarakatan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Jawa Barat (Jabar) memberikan bantuan uang tunai, sembako dan pakaian kepada guru yang berpenghasilan rendah asal Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Sepuluh guru yang mendapatkan bantuan berasal dari Pesantren Ashalahudin dan Pesantren Attaslim.

Branch Manager ACT Jabar, Renno Mahmoeddin, mengatakan bantuan kepada guru yang berpenghasilan rendah merupakan program Sahabat Guru Indonesia. Dimana, kondisi saat ini banyak guru termasuk guru honorer yang memiliki penghasilan rendah. 

 

"Program Sahabat Guru Indonesia, satu gerakan ACT merespons hari guru dan melihat ternyata ada kurang lebih satu juta guru yang pra sejahtera, penghasilan di bawah UMR bahkan tanpa gaji. Mereka ikhlas mengajar," ujarnya ditemui di Jalan Lodaya, Selasa (3/12).

 

Menurutnya, para guru yang diberikan bantuan akan secara rutin memperoleh dana Rp 500 ribu hingga satu tahun ke depan. Ia pun mengundang para donatur yang hendak menyalurkan zakatnya bisa melalui lembaga ACT Jabar.

 

"Harapannya bisa meningkatkan taraf hidup guru yang prasejahtera. Sehingga mereka lebih tenang mengajar," ungkapnya.

 

Salah seorang guru pesantren Attaslim, Neng Siti (37 tahun) mengaku sudah mengajar kurang lebih dua tahun. Sejak itu, jumlah gaji yang diterimanya yaitu Rp 75 ribu perbulan. Untuk menutupi operasional dan kebutuhan sehari-hari, ia membuka warung kelontongan.

 

"Saya ingin mengabdikan diri ke pesantren dan mengamalkan ilmu walaupun sedikit," ujar ibu tiga anak.

 

Menuju ke pesantren, ia mengaku harus menempuh jalan yang ekstrim. Katanya, jika menggunakan sepeda motor waktu tempuh ke pesantren kurang lebih 10 menit. Namun jika berjalan kaki mencapai 30 menit.

 

Salah seorang guru Pesantren Ashalahudin, Asep Marwan (41) mengaku sudah mengajar kurang lebih 16 tahun. Ia sengaja memilih mengajar sebab ingin memberikan manfaat bagi orang lain. Untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, ia mengaku berdagang.

 

"Saya berjualan kerupuk Lele, usaha saya yang dicoba lebih dari 15 kali gagal," katanya. Selama mengajar, ia mengaku tida mendapatkan gaji sebab santri yang belajar merupakan yatim dan duafa.

 

"Jangankan berpikir mendapat gaji dari santri justru kita memikirkan makan santri. Mereka tidak mampu," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement