Khadijah Noor Tanju misalnya yang datang ke AS dari Kolombia ketika dia berusia sembilan tahun. Dia harus berbenturan dengan anggota keluarga yang merasa dia menolak budaya dan iman Katoliknya.
Mantan penyanyi paduan suara di sebuah gereja katolik itu mengungkapkan bahwa ketegangan muncul sata dia menikah dengan seorang pria Turki-AS. Kerabatnya lantas menilai negatif serta membuat komentar tentang muslim sebagai teroris.
"Keluarga saya tidak tahu implikasi (perubahan keyakinan) bahwa itu adalah gaya hidup. Lebih ketika saya mulai mempraktikkan Islam mereka seperti keheranan dan berkata 'apa yang terjadi di sini?" katanya.
Memeluk Islam, Tanju lantas mengenakan jilbab guna menjalani kehidupan Muslim yang otentik dan saleh. Namun hal itu juga mendapatkan tentangan tersendiri. Di depan umum Tanju merasa seolah-olah orang-orang memperhatikan dan menghakiminya. Secara pribadi, dia khawatir jilbab membuatnya tampak tidak menarik.
"'Lepaskan saja. Anda terlihat jelek, menjijikkan; Anda tidak terlihat menarik.' Saya terus mendengar hal-hal ini di kepala saya," kata Tanju.