Rabu 04 Dec 2019 08:13 WIB

Studi: Wahabi Hingga Islam Nusantara, Jauhi Klaim Kebenaran

Klaim kebenaran tidak dibenarkan karena hanya milik Allah SWT.

Rep: Djoko Suceno/ Red: Nashih Nashrullah
Penulis buku Hendar Riyadi menjelaskan tentang isi bukunya pada bedah buku Mengerti Nalar Islam Dialogis, di Republika Jawa Barat, Selasa (3/12).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Penulis buku Hendar Riyadi menjelaskan tentang isi bukunya pada bedah buku Mengerti Nalar Islam Dialogis, di Republika Jawa Barat, Selasa (3/12).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG— Kebenaran adalah milik Allah SWT. Karena itu setiap umat Islam di Indonesia harus menghindari klaim sebagai kelompok  paling benar dan menyalahkan yang lainnya. Benang merah itu mengemuka dalam bedah buku berjudul ‘’Mengerti Nalar Islam Dialogis’’ karya Dr Hendar Riyadi, dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung dan Universitas Muhammadiyah Bandung. Bedah buku tersebut berlangsung di Selasa (3/12) di Republik Kopi kantor Harian Umum Republika Perwakilan Jawa Barat, Jl Mangga Nio 47, Kota Bandung.

Buku dengan sub judul ‘’Melalui Pembacaan Narasi Islam Wahabi dan Muhammadiyah’’ ini merupakan karya ke lima Hendar yang pernah menjabat sebagai Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Muhammadiyah Bandung. Buku setebal 244 halaman tersebut diterbitkan Lekkas Bandung November 2019. Dalam acara tersebut, hadir sejumlah tokoh dan akademisi sebagai pembedah. Diantaranya Ketua PP Muhammadiyah, Prof Dadang Kahmad, Guru Besar UNI Sunan Gunung Djati, Prof Afif Muhammad,  dosen STAI Muhammadiyah Bandung, dan Dr Hajar Sanusi. Dalam bedah buku ini juga hadir sejumlah aktivis sejumlah organisasi Islam dan para mahasiswa.

Baca Juga

Prof Dadang Kahmad menilai buku tersebut layak dibaca karena mengurai secara jelas perbedaan antara Wahabi dan Muhammadiyah. Dia mengatakan, buku tersebut sarat dengan informasi dan layak untuk dibaca. ‘’Judulnya saja Islam dialogis. Pesan dari buku ini adalah jangan mengklaim kebenaran karena kebenaran adalah urusan Allah. Harus dihindari klaim kebenaran kelompok dan menyalahkan kelompok yang lainnya,’’ tutur dia.

Sementara itu, Prof Afif menilai, menilai buku ini objektif dan bisa memberi informasi. Salah satu ciri buku yang bagus adalah orang akan terus membaca sampai tuntas. ‘’Kekurangannya tidak mengurangi kebaikan buku ini,’’ kata dia

Sebelum buku tersebut dibedah, sang penulis kelahiran Garut 18 Desember 1974 ini mengungkapkan latar belakang penyusunan karyanya tersebut. Ide membuat buku ini berawal dari disertasi doktoralnya di UIN SGD Bandung. 

Dalam disertasi tersebut, penulis mendapat dukungan dari Prof Dadang Kahmad dan Prof Afif Muhammad yang bertindak sebagai promotor. ‘’Keduanya merupakan tokoh yang memiliki integritas keilmuan yang tinggi,’’kata penulis yang pernah menjadi santri di Pondok Pesantren Darul Arqom Muhammadiyah Garut ini.

photo
Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Prof Afif Muhammad menanggapi buku karya Hendar Riyadi (kiri) pada bedah buku Mengerti Nalar Islam Dialogis, di Republika Jawa Barat, Selasa (3/12).

Penulis mengungkapkan, di sejumlah masjid yang pernah disinggahinya banyak ditemukan jamaahnya gemar ‘bertengkar’ tentang Wahabi, Muhammadiyah, dan Islam Nusantara. Di masjid-masjid-masjid tersebut antara jamaah satu dengan lainnya saling menyalahkan. 

Bahkan, kata dia, kebencian antarsatu kelompok dengan kelompok lainnya bukan hanya sebatas verbal melainkan menjurus ke benturan fisik. ‘’Wahabi dan Muhammadiyah diidentikan sama wataknya, anti takhayul dan lain sebagainya. Kelompok lainnya membenci Islam Nusantara,’’ ujar dia.

Kondisi inilah, kata Hendar, yang kemudian memunculkan citra Islam yang negatif. Bahkan Wahabi dianggap sebagai gerakan Islam yang menampilkan kekerasan dan inteloran. 

Banyak tokoh agama Islam di Indonesia yang kemudian terbelah pandangannya terhadap kelompok Wahabi. Di satu sisi Wahabi dinilai negatif dan disisi lain positif. ‘’Di  internal Muhammadiyah sendiri ada por dan kontra soal kelompok Wahabi. Bahkan ada yang menilai Muhammadiyah adalah Wahabi. Persoalan inilah yang kemudian mendorong saya untuk menyusun buku ini,’’ tutur dia. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement