Ahad 01 Dec 2019 23:53 WIB

Manusia Selalu Merasa Kurang, Apa Nasihat Rasulullah?

Manusia sering kali merasa kurang dengan harta atau apa pun yang telah dimiliki.

Harta atau uang (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Harta atau uang (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nur Faridah

Manusia sering kali merasa kurang dengan harta atau apa pun yang telah dimiliki. Inginnya memiliki lebih dari yang sudah ada. Punya satu, ingin punya dua. Punya dua, ingin punya tiga. Begitu seterusnya. Saking ambisiusnya mendapatkan lebih dari yang telah ada, sampai lupa diri dan lupa daratan, bahkan lupa Allah. Terlalu sibuk mencari, mengejar, dan menginginkan lebih dari yang dimiliki, bahkan untuk sesuatu yang bukan kebutuhan, hingga lupa bersyukur kepada Allah dan berbagi dengan sesama.

Nabi menggambarkan manusia seperti itu dalam sabda nya, "Seandainya manusia diberi satu lembah penuh dengan emas, ia tentu ingin lagi yang kedua. Jika ia diberi yang kedua, ia ingin lagi yang ketiga. Tidak ada yang bisa mengha langi isi perutnya selain tanah. Dan Allah Maha Penerima tobat siapa saja yang mau bertobat." (HR al-Bukhari).

Orang yang selalu merasa kurang sehingga terus beram bisi menumpuk kekayaan kerap melupakan syukur ketika telah mendapatkan yang diinginkan, karena sibuk mencari tambah an lebih banyak lagi. Dan, ketika ia tidak berhasil mendapat kannya, ia akan kecewa berlebihan, hingga mengalami tekanan jiwa, depresi, dan stres. Orang seperti ini, baik mendapatkan apa yang diinginkan maupun tidak, tetap melupakan Allah dan sesama di sekitarnya, terutama yang membutuhkan.

Padahal, seperti dikatakan Rasulullah, salah satu cara untuk ingat Allah dan sesamanya dalam masalah harta duniawi adalah dengan melihat orang yang berada di bawahnya. Beliau bersabda, "Lihatlah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta) dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena hal itu lebih bisa membuatmu tidak menganggap rendah nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu." (HR al-Bukhari-Muslim).

Dalam hadis ini, dengan ungkapan yang lugas dan tegas, Rasulullah mengimbau manusia untuk tidak bersikap seperti itu. Imbauan yang sangat sederhana, tetapi sangat efektif menjadi resep bagi orang-orang yang selalu merasa kurang dengan apa yang diterimanya dari Allah. Dengan imbauan ini, akan timbul kesadaran bahwa ternyata dirinya masih lebih baik yang kemudian akan melahirkan rasa syukur kepada Allah dan tidak akan terlalu berambisi memburu harta, apalagi sampai menghalalkan segala cara.

Ketika manusia menyadari bahwa dirinya masih lebih baik daripada orang lain dalam hal ini, ia akan menjadi orang yang bersyukur dan merasa cukup, lalu lebih memfokuskan diri untuk berbagi terhadap sesama. Syukur seperti inilah faktor utama Allah menambahkan rezeki-Nya serta memberkahinya. Allah berfirman, "Jika kalian bersyukur, niscaya Aku tambahkan nikmat-Ku untuk kalian. Namun, jika kalian kufur, sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS Ibrahim [14]: 7).

Allah adalah al-Ghani (Mahakaya). Allah selalu memberikan yang terbaik kepada hamba-Nya yang bersyukur dan selalu merasa cukup dengan apa yang dimilikinya. Hamba yang tidak pernah merasa kurang, karena yakin Allah Mahakaya. Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab al-Hikam mengingatkan, "Kesungguhanmu mengejar apa yang sudah dijamin untukmu oleh Allah, dan kelalaianmu melaksanakan apa yang dibebankan kepadamu, itu merupakan tanda butanya basyirah (mata batin)."

Nabi SAW sering berdoa, "Ya Allah berikan aku sikap qana'ah (merasa cukup) terhadap apa yang Engkau rezekikan kepadaku, berkahilah pemberian itu, dan gantilah segala yang luput (hilang) dariku dengan yang lebih baik." (HR al-Hakim). Dalam hadis lain, beliau berdoa, "Ya Allah jadikan rezeki keluarga Muhammad hanyalah kebutuhan pokok." (HR al- Bukhari, Muslim dan at-Tirmidzi). Wallahu a'lam. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement