Rabu 27 Nov 2019 05:05 WIB

Signifikansi Targum Onqelos di Kota Yatsrib Era Pra-Islam

Signifikansi Targum Onqelos di Kota Yatsrib Era pra-Islam

Rombongan jamaah haji tiba di Madinah
Foto: Menachem Ali
Rombongan jamaah haji tiba di Madinah

Oleh: Menachem Ali, Dosen Philology Universitas Airlangga

Penemuan manuskrip penting kitab Targum Onqelos terkait Sefer Bereshit di Yaman kini telah menjadi perhatian para filolog. Riset ini telah dilakukan oleh Henry Barnstein, Ph.D., dan telah dipublikasikan. Karyanya berjudul "The Targum of Onkelos to Genesis: A Critical Enquiry into the Values of the Text Exhibited by Yemen Manuscripts Compired with That of the European Recension, Together with Some Specimen Chapters of the Oriental Text" (London: David Nutt, 1896) kini amat penting signifikansinya dalam melacak sejarah komunitas Yahudi Musta'ribah dari Yaman yang migrasi ke kota Medinah (Yatsrib) pada era pra-Islam. Dalam risetnya, Henry Barnstein menyatakan:

"Of late years a rich store of treasure has been brought to light by the discovery of MSS. of the Targum from Yemen most of which are punctuated with the Spl. vocalization, a fact which in itself invites the student to their study if only from a linguistic point of view ... What then do all these peculiar facts point to? It is unlikely that the Jews of Yemen had a peculiar tradition of their own although we know that they settled in Southern Arabia at the very early period. Certain it is that centuries before Mohammed there were powerful Jewish communities in North Arabia as well as in South Arabia or Yemen" Lihat karya Henry Barnstein, The Targum of Onkelos to Genesis: A Critical Enquiry into the Value of the Text Exhibited by Yemen MSS. Compared with That of the European Recension Together with Some Specimen Chapters of the Oriental Text (London: David Nutt, 1896), hlm. 10.

Kaum Yahudi Musta'ribah (Yahudi berkultur Arab) yang tinggal di kawasan Yaman yang disebut sebagai kaum Yahudi Temanim ternyata memang diakui keberadaanya sejak era pra-Islam. Sejak era pra-Islam, kaum Yahudi Temanim terbiasa menulis dokumen keagamaan dalam 3 bahasa penting, yakni Ibrani, Aram dan Arab. Salah satu manuskrip yang ditemukan di Yaman yang disebut "Codex Montefiore, no. 502" ternyata ditulis dengan 3 bahasa utama, teks Torah Masoret ditulis dalam bahasa Ibrani, teks Targum Onqelos ditulis dalam bahasa Aram, dan teks Targum Saadia ditulis dalam bahasa Judeo-Arab, serta dilengkapi dengan Tafsir Rashi berbahasa Ibrani di bagian bawahnya. Manuskrip ini berisi 133 folio yang hanya memuat teks Sefer Bereshit (Genesis) hingga bagian akhir teks Sefer Shemot (Exodus). Lihat karya Henry Barnstein, "The Targum of Onkelos to Genesis" (London: David Nutt, 1896), hlm. 11.

Bahasa Judeo-Arab yang dipakai di kalangan Yahudi Musta'ribah bukanlah bahasa yang baru muncul pada era Islam. Bahasa Judeo-Arab juga bukan sebuah bahasa yang pertama kali "diciptakan" oleh Rabbi Saadia Gaon. Namun, bahasa Judeo-Arab sudah menjadi semacam bahasa "penanda identitas" dan bahasa "lingua franca" di kalangan komunitas Yahudi diaspora di kawasan Arabia, khususnya di wilayah Babilonia (Irak), wilayah Yaman dan wilayah Hejaz, khususnya di kawasan sekitar Yatsrib. Temuan manuskrip surat Nabi SAW dalam bahasa Judeo-Arab yang ditujukan kepada Khanina, seorang pembesar komunitas Yahudi Musta'ribah di kota Khaibar, justru hal ini menjadi bukti yang tak terbantahkan.

Menariknya, isi dokumen surat Nabi SAW tersebut juga telah tercatat dalam kitab Shirah Nabawiyyah karya Ibnu Hisyam menurut penuturan gurunya, Ibnu Ishaq (w. 150 H), kitab Shahih Bukhari karya Imam Bukhari (w. 256 H) dan kitab Tarikh al-Mulk wa al-Rusul karya Imam at-Thabari (w. 310 H). Dengan demikian, temuan surat Nabi SAW yang aslinya ditulis dalam bahasa Judeo-Arab tersebut mengisyaratkan adanya sebuah "tradisi besar" terkait signifikansi bahasa Judeo-Arab dan peranannya dalam jejaring sosial di kalangan masyarakat Yahudi diaspora, khususnya di wilayah Hejaz, Yaman dan Babilonia.

Sejak era pra-Islam, masyarakat Yahudi Yatsrib dan Khaibar mengenal kota istimewa Yatsrib dengan sebutan מדינת (Medinta). Mereka berdomisili di kota istimewa ini, dan mereka mengenal kota Yatsrib tersebut dalam versi bahasa Aram, מדינת (Medinta). Bahkan mereka telah mengenal nama kota ini dalam versi bahasa Judeo-Arabnya, אלמדינה (Al-Madinah) sebagaimana yang terdokumentasi dalam Targum Saadia Gaon (882 - 942 M). Nama kota المدينة (Al-Madinah) dan catatan sejarah kaum Yahudi di Madinah ternyata juga tercatat secara rapi dalam dokumen sezaman, yakni kitab "Tarikh Al-Mulk wa al-Rusul" yang ditulis oleh Imam Ibnu Jarir at-Thabari (w. 924 M./310 H). Menariknya, Rabbi Saadia Gaon (w. 942 M./328 H) penyusun kitab Targum dalam bahasa Judeo-Arab tersebut ternyata wafat 18 tahun setelah mangkatnya Imam Ibnu Jarir at-Thabari (w. 924 M./310 H).

Ini merupakan bukti kuat bahwa nama المدينة (Al-Madinah) dan nama אלמדינה (Al-Madinah) yang terdokumentasi dalam dokumen versi Islam dan dokumen versi Yahudi ternyata secara de facto diakui bersama sebagai "ingatan kolektif" antara kedua komunitas iman, dan menjadi semacam "interne evidentie" dalam hal keakuratan datanya. Mereka datang ke kota tersebut kebanyakan berasal dari komunitas Yahudi Temanim (Yaman) yang migrasi ke kawasan Hejaz. Di kawasan inilah mereka akhirnya membentuk sebagai komunitas keagamaan Yahudi yang berbaur dengan komunitas bangsa Arab non-Yahudi lainnya. Di kawasan Hejaz inilah, khususnya di kota Medinah dan kota Kheibar, mereka akrab dengan kajian teks keagamaan berbasis kitab Torah dan kitab Targum.

Dengan demikian, adanya temuan surat Nabi SAW dalam bahasa Judeo-Arab, dan adanya temuan Targum Onqelos dalam bahasa Aram atau Targum Saadia dalam bahasa Judeo-Arab yang ditemukan di kawasan Yaman, maka ini menjadi indikasi kuat adanya popularitas penyebutan nama אלמדינה (Al-Madinah) di kawasan Hejaz. Dalam Targum Saadia berbahasa Judeo-Arab, khususnya Sefer Bereshit (Genesis) 10:30 tertulis teks demikian:

וכאן מסכנהם מן מכה אלי אן תגי אלי אלמדינה אלי אלגבל אלשרקי

Wa kana maskanuhu min Makkah ila an taji-a ila Al-Madinah ila al-jabal as-syarqi.

Lihat J. Derenbourg, R. Saadia Ben Iosef Al-Fayyoumi: Version Arabe du Pentateuque (Paris: Ernest Leroux, 1893), hlm. 17

Di kota מדינת (Medinta) atau yang kemudian dikenal dengan nama אלמדינה (Al-Madinah), komunitas Yahudi Musta'ribah sangat begitu familiar dengan pengajaran Targum berbahasa Aram dan Judeo-Arab. Bahkan mereka juga akrab dengan pengajaran Torah berbasis metode tafwidh dan metode ta'wil. Dengan kata lain, wacana tafwidh dan wacana ta'wil bukanlah wacana yang asing di kalangan komunitas Yahudi Musta'ribah di wilayah Hejaz. Dari sinilah kita mulai melacak nalar khas Targum yang sangat dominan dalam memahami teks Torah, khususnya terkait dengan pemahaman metode tafwidh dan ta'wil di wilayah Hejaz tersebut.

Jadi, metode tafwidh dan metode ta'wil ternyata keduanya sudah dikenal dalam dokumen kuno era pra-Islam. Dokumen kuno tersebut adalah Targum Onqelos, paling awal ditulis pada abad-1 Masehi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement