REPUBLIKA.CO.ID, Menyeramkan, mungkin itu yang ada di benak masyarakat apabila memandang sebuah lembaga pemasyarakatan (lapas). Namun, penilaian ini sepertinya tidak tepat disematkan di Lapas Perempuan Klas II A, Malang.
Lingkungan Lapas Perempuan Klas II A terlihat bersih dan tertata rapi. Tak ada kesan seram dan kotor di dalamnya. Suasananya terasa nyaman apalagi dilengkapi dengan suara merdu para warga binaan yang tengah membaca ayat-ayat Alquran secara bersamaan.
Sedikit berbeda di hari-hari sebelumnya, Lapas Perempuan Klas II A Malang melalui Pondok Pesantren (Ponpes) An-Nisa tengah mengadakan kegiatan wisuda. Wisuda ini diperuntukkan kepada 32 warga binaan yang lulus menjadi guru mengaji. Capaian pertama lapas ini tidak hanya menjadi perhatian penghuni setempat, tapi juga para tamu yang berasal dari berbagai kalangan terutama keluarga warga binaan.
Sebanyak 32 warga binaan yang lulus menjadi guru mengaji melaksanakan kegiatan wisuda di Lapas Perempuan Klas II A, Malang, Rabu (20/11).
Eni Parwati merupakan satu dari 32 warga binaan yang lulus menjadi guru Alquran. Tidak ada rasa selain bahagia karena mampu mendalami bacaan Alquran dengan baik. "Karena sebelum ikut Ponpes, saya belum bisa baca Alquran dan tidak mendalami ilmu agama sama sekali," kata perempuan berusia 28 tahun tersebut.
Selama empat bulan, Eni mendapatkan pembinaan dari Ummi Foundation. Ia mempelajari seluruh ilmu baca Alquran seperti masalah tartil, tahfidz, tajwid dan gharib. Metode yang diajarkan sejumlah pengajar ini dinilai sangat menyenangkan dan menyentuh hati.
Eni setidaknya mempelajari Alquran selama dua kali dalam sepekan. Kegiatan yang dilakukan bersama santri lapas lainnya dilaksanakan setiap Selasa dan Rabu. Lebih tepatnya dimulai dari pukul 10.00 hingga 12.00 WIB per pertemuan.
Dengan capaian ini, Eni berharap, dapat menyemangati santri lainnya yang belum lulus. Sebab, titik keberhasilan mereka sebenarnya hanya memerlukan sedikit langkah lagi. "Dan juga saya harapkan bisa bantu teman yang masih belum bisa baca Alquran atau Iqra," ujar Eni kepada wartawan di Lapas Perempuan Klas II A, Malang, Rabu (20/11).
Sisa masa pembinaan Eni sendiri hanya sekitar enam bulan. Ia sudah memenuhi masa hukumannya selama 4,5 tahun akibat kasus narkotika. Eni memiliki mimpi agar keilmuan yang ia dapatkan di lapas dapat bermanfaat untuk masyarakat luas.
Secara khusus, Eni memiliki tekad untuk menyiarkan ilmu Alquran bersama dengan Ummi Foundation. Terlebih, lembaga tersebut telah tersebar luas di berbagai daerah termasuk Malang. "Kebetulan saya asli Malang. Nanti saya hubungi bagian Ummi di daerah," tambah perempuan berhijab ini.
Kepala Lapas Perempuan Klas II A Malang, Ika Yusanti mengatakan, kegiatan wisuda guru mengaji sebenarnya bagian dari tugas yang dibebankan pemerintah pada lapas. Pemerintah meminta lapas agar bisa membantu meningkatkan ketakwaan warga binaan. Salah satu sarananya dengan membaca Alquran yang dianggap mampu mendekatkan manusia kepada Tuhannya.
Sebanyak 32 warga binaan yang lulus menjadi guru mengaji melaksanakan kegiatan wisuda di Lapas Perempuan Klas II A, Malang, Rabu (20/11).
Menurut Ika, tidak semua warga binaan beragama Islam bisa membaca Alquran. Sekalipun bisa, mereka belum tentu baik dari segi tartil, tajwid, makhraj dan sebagainya. Oleh sebab itu, pihaknya sengaja mendatangkan pengajar dari Ummi Foundation untuk memberikan kelas mengaji.
Setidaknya terdapat 87 warga binaan yang telah mendaftar dalam kelas mengaji bersama Ummi Foundation. Namun dari sekian pendaftar, hanya 32 orang yang dinyatakan lulus. Mereka telah dinyatakan layak menjadi guru mengaji dengan bukti sertifikat membaca Alquran.
"Sekarang mereka sudah layak disebut sebagai ustazah dalam hal baca Alquran," tegas Ika.
Ika berharap, para guru mengaji dapat menjadi pelopor di lapas ke depannya. Sebelum bebas, mereka harus bisa menularkan ilmu Alquran kepada teman-temannya. Meski demikian, pengajaran mereka masih tetap harus di bawah bimbingan Ummi Foundation.
Dari 32 wisudawati, Ika mengungkapkan, empat di antaranya telah dinyatakan bebas hukuman. Untuk keempat perempuan tersebut, Ika menyatakan, mereka bisa mengajar Alquran di masyarakatnya. Sebab, mereka bagaimanapun juga telah memiliki sertifikat guru mengaji.
"Dan program ini juga sama saja kita telah membantu membuka lapangan kerja. Saat di luar mereka bingung mencari kerja, mereka sudah punya sertifikat guru mengaji sehingga dapat mengajar Alquran bersama masyarakat," katanya.
Ika juga berharap, tidak ada stigma negatif masyarakat terhadap wisudawati yang telah bebas dari lapas. Masyarakat diminta agar tak lagi memandang mereka sebagai "sampah masyarakat" yang akan berbuat kejahatan kembali. Oleh sebab itu, ijazah yang dimiliki para wisudawati diharapkan mampu mendobrak stigma tersebut.
"Itu jadi bukti mereka sudah mampu menjadi guru agama. Warga binaan kita punya nilai plus," terang Ika.