Senin 18 Nov 2019 04:04 WIB

Orang-Orang Miskin dalam Doa Rasulullah SAW

Allah SWT melebihkan sebagian hamba dari yang lain, ada yang diberi kaya dan miskin.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Agung Sasongko
Salah satu potret kemiskinan di ibukota (ilustrasi).
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Salah satu potret kemiskinan di ibukota (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah SWT adalah Zat Yang Maha Sempurna dan Maha Adil. Di antara semua sifat-Nya, Allah SWT melebihkan sebagian hamba dari yang lain. Salah satunya dalam hal rezeki. Ada yang diberi kaya dan miskin.

Dalam QS az-Zukhruf ayat 32, Allah SWT berfirman, "Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka peng hidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat agar sebagian mereka dapat mem pergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan."

Ustaz Ali Hasan Bawazier dalam kajiannya menyebut pembagian hamba yang kaya dan miskin sesuai dengan ketetapan yang diberikan oleh Allah SWT. Dari semua ketetapan yang telah diberikan dan apa-apa yang terjadi di dunia ini adalah bentuk-bentuk dari ujian. Allah SWT memberikan ujian kepada hamba-Nya, salah satunya dengan bentuk harta yang mereka miliki.

QS al-Anbiya ayat 35 menjelaskan lebih dalam tentang ujian yang diberikan Allah SWT. Dalam surah tersebut, Allah berfirman, "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan."

"Allah menguji hamba-hamba-Nya dengan keburukan dan kebaikan. Ada yang susah, ada yang lapang, ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang diberikan petunjuk, dan ada yang diberikan kesesatan. Semua ini bentuk ujian Allah SWT kepada seseorang," ujar Ustaz Ali Hasan.

Ia mengingatkan, jika seorang hamba diberikan kelebihan, bukan berarti bentuk cinta dan kasih sayang. Kelebihan yang ia miliki tidak serta-merta menun juk kan jika Allah SWT lebih sayang kepada dirinya dibandingkan makhluk yang lain. Hal tersebut adalah ujian yang harus dilalui. Orang yang diberikan kelebihan dalam hal harta, jabatan, serta kekuasaan, hendaknya lebih berhati-hati dan memperbanyak mengingat Allah SWT.

Manusia cenderung memiliki sifat lupa daratan atau lupa pada Tuhannya ketika mendapatkan kelebihan dan berujung berbuat zalim. Dalam QS asy-Syura ayat 27, Allah telah mengingatkan perihal tersebut, "Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukur n. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat."

Ustaz Ali Hasan menjelaskan, ada seseorang mendapatkan harta diperlukan usaha dan kerja keras. Begitu mendapatkannya, ia akan bersusah payah untuk menjaga kekayaan yang dimiliki. Hidupnya pun akan berputar dalam urusan harta dan melalaikan urusan dengan Allah SWT. Maka itu, Allah SWT memberikan batas atas rezeki yang dimiliki oleh hamba-Nya sesuai dengan yang dikehendaki-Nya.

Ia pun memberikan sebuah ilustrasi kepada peserta kajian, di mana ketika diberi pilihan untuk diuji dengan kekayaan atau dengan kemiskinan, pasti 90 persen memilih untuk diuji kaya. Padahal, harusnya seorang hamba dalam menentukan pilihan melihat terlebih dulu, golongan mana yang lebih sering lulus ujian di mata Allah SWT.

"Antara orang kaya yang pandai bersyukur dengan orang kaya yang kufur nikmat, mana yang lebih banyak? Antara orang miskin yang sabar dan terus berusaha dengan orang miskin yang tidak sabar, mana yang lebih banyak?" ujar dia.

Allah SWT menginginkan kemudahan bagi umat-umat-Nya, termasuk untuk urusan masuk surga. Dari Abdullah bin 'Amr, Rasulullah SAW pernah bersabda, "Sesungguhnya kaum fakir dari kalangan muhajirin mendahului orangorang yang kaya menuju surga pada hari kiamat dengan jarak selama 40 tahun." Kaum fakir dari kalangan muhajirin merupakan mereka yang hidup pada zaman Rasul dan rela meninggalkan harta serta keluarga mereka demi Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.

Ustaz Ali Hasan pun menceritakan tentang kisah sahabat Nabi, Mush'ab bin Umair. Ia adalah sahabat Nabi yang meninggal syahid pada awal-awal masa jihad serta meninggal dalam keadaan fakir. Rasulullah bersama sahabat yang lain hanya bisa menangis saat Mush'ab meninggal karena jasadnya yang tidak bisa ditutup oleh satu kain burdah miliknya. Andai kain itu ditaruh di atas ke palanya, terbukalah kedua belah kakinya, begitu pula sebaliknya. Karena hal tersebut, Nabi pun bersabda, "Kaum fakir dari golongan muhajirin masuk surga terlebih dahulu sebelum kaum kaya dari kalangan mereka dengan jarak selama 500 tahun."

Keutamaan orang-orang miskin dalam Islam telah banyak disebutkan dalam hadis dan Alquran. Bahkan, Nabi Muhammad berdoa agar ia dapat dikumpulkan dengan orang-orang miskin. Da lam hadis sahih disebutkan bahwa Nabi pernah berdoa, "Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, dan matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang miskin."

"Apa gunanya terlihat kaya di hadapan orang lain tetapi saat meninggal menyisakan urusan utang? Hiduplah dengan qanaah, cukup dengan apa yang diberikan oleh Allah SWT," ujar Ustaz Ali Hasan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement