Kamis 14 Nov 2019 11:11 WIB

Agar Zikir Sempurna dan Berkualitas, Perhatikan Adabnya

Zikir tak terbatas oleh ruang dan waktu, Namun, berzikir ada etika.

zikir
Foto: rep
zikir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Syekh Muhammad Shalih al-Munjid dalam artikelnya berjudul “Adab Dzikrillah”menjelaskan, kelebihan zikir terletak pada fleksibilitasnya. Zikir tak terbatas oleh ruang dan waktu, Namun, berzikir ada etika.

Serangkaian etika itu, akan menyempurnakan dan menambah kualitas zikir. Apa saja? Ia menguraikan, bila ingin mengonsentrasikan diri berzikir, pertama kali yang penting dilakukan ialah mencari waktu yang tepat dan efektif. Misal, pada pagi dan malam hari. Di riwayat Muslim dijelaskan, berzikirlah saat fajar dan bakda shalat Ashar.  

Jangan lupa, kata Syekh Shalih, ketika akan memfokuskan diri berzikir, hendaknya bersuci terlebih dahulu. Baik dari hadas kecil atau besar. Ketika berhadas kecil maka berwudulah. Wudu yang dilakukan secara benar, kata Umar bin Khatab, akan mengusir setan.

Lalu, duduklah dengan saksama dan khusyuk. Konsentrasikan pikiran dan hati Anda, hanya kepada-Nya. Hiraukan sementara kebisingan dan hiruk-pikuk duniawi di sekitar Anda. Bila diperlukan, pejamkan mata Anda. Ini akan memudahkan Anda menekan hawa nafsu. 

 

Mulailah dengan beristighfar dan bertobat atas segala dosa yang pernah diperbuat. “Dan (juga), orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka.” (QS al-Imran [3]: 135). 

Serapi dan maknai tiap kebesaran Sang Pencipta. Dia yang menciptakan segala yang ada di alam semesta. Kekuasaannya tak terbatas. Ia memberikan kesempatan jantung berdetak tiap detiknya. Membiarkan paru-paru untuk menghisap udara. Raga dan jiwa beraktivitas berkat kuasa-Nya. 

Tancapkan dalam kalbu, keluarkan melalui lisan, dan tundukkan jiwa. Zikir yang berasal dari relung hati paling dalam akan menggerakkan seluruh anggota tubuh. Tak terkecuali menyulut air mata. Menangislah. 

Dengan menangis, seperti dalam hadis riwayat Abu Ya'la dari Ibnu Abbas, mata tersebut kelak tak akan tersentuh bara api neraka. Dan, tak ketinggalan, aktualisasikan manfaat dan buah berzikir di kehidupan nyata. 

Serasikan antara kesalihan zikir dan kesalihan sosial. Pemuka sufi tersohor, Hasan al-Bahsri, pernah berkata, berzikir antara hamba dan Tuhannya memang utama. Lebih mulia lagi, bila zikir menjadi daya penggerak kesalehan di muka bumi. 

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement