Jumat 15 Nov 2019 21:14 WIB

ACT Terus Kirimkan Bantuan ke Ratusan Warga Palestina

ACT mengirim bantuan medis dan peralatan rumah tangga untuk warga Gaza.

Tim ACT memberikan bantuan kepada para korban pasca eskalasi serangan Israel lalu.
Foto: ACT
Tim ACT memberikan bantuan kepada para korban pasca eskalasi serangan Israel lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA –Aksi Cepat Tanggap (ACT) terus memberikan bantuan untuk korban eskalasi serangan Israel ke Gaza. Sebagian besar korban eskalasi serangan Israel ke Gaza adalah perempuan dan anak-anak.

Kondisi terkini, lebih dari 70 kali serangan dan pemboman yang menyasar warga Palestina di Gaza. Sebanyak 34 orang tewas dan 120 orang terluka. Di antara 34 orang yang tewas, ada 8 orang anak-anak dan 3 orang wanita.

Baca Juga

Sejumlah korban yang terluka pun masih mendapat perawatan medis dari tim ACT. Sejak serangan terjadi pada Selasa (12/11), relawan dan mitra ACT di Gaza terus bergerak turut memberikan dukungan medis.

"Saat ini salah satunya adalah bantuan kruk dan kursi roda,” kata Andi Noor Faradiba dari Global Humanity Response (GHR) – ACT.

photo
Tim ACT memberikan bantuan kepada para korban pasca eskalasi serangan Israel lalu.

Selain bantuan medis, ACT juga memberikan bantuan peralatan rumah tangga untuk korban yang rumahnya mengalami kerusakan serangan. “Kami masih terus memberikan pelayanan kepada para korban. Di samping bantuan pascaserangan, ACT juga masih menjalankan program bantuan pangan bagi penduduk Gaza,” ucap Faradiba.

Hingga saat ini, bantuan penyediaan Bank Darah yang diinisiasi ACT juga dimanfaatkan untuk warga Gaza yang menjadi korban serangan. Kolaborasi ACT dengan Central Blood Association di Khan Younis Gaza, tersedia di banyak titik di jalur Gaza, seperti di universitas, di masjid, dan di tempat umum lainnya.

Sejak September lalu, ACT  telah menargetkan kesediaan 1.000 kantong darah untuk menyuplai kebutuhan pasien-pasien di Gaza. Hingga Desember nanti, seribu kantong darah ditargetkan mampu memenuhi jumlah kebutuhan darah di Gaza.

Khodor Aldaraj, peneliti soal konflik di Gaza menggambarkan soal penjajahan yang sangat mempersulit masyarakat di Gaza. Warga yang tinggal, tidak diperbolehkan membawa masuk barang apa pun, termasuk perlengkapan medis. Dengan serangan ini, makin lengkap penderitaan warga setempat akibat kekurangan alat medis dan obat-obatan.

“Jadi, kita harus membantu dan mendukung mereka agar mereka dapat merasa tenang, atau paling tidak merasa memiliki sesuatu yang dapat mendukung mereka. Situasi di Gaza sangat buruk saat ini. Orang- orang memenuhi jalanan di Gaza, tanpa rumah atau tempat bernaung. Pemboman masih terjadi, banyak orang tewas, serta banyak yang kehilangan rumah,” kata Khodor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement