Jumat 15 Nov 2019 20:02 WIB

Kapan Perintah Shalat Jumat Turun?

Bagi umat Islam, Jumat adalah hari yang sangat istimewa

Shalat Jumat
Foto: Prayogi/Republika
Shalat Jumat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah ..." (QS  al-Jumu’ah [62]: 9). 

Bagi umat Islam, Jumat adalah hari yang sangat istimewa, berbeda dengan hari lainnya dalam seminggu. Jika nama-nama hari yang lain menunjukkan urutan angka;  Ahad berarti hari pertama, Itsnain atau Senin adalah hari kedua, Tsulatsa atau Selasa adalah hari ketiga, Arbi’a atau Rabu adalah hari keempat, dan Khamis atau Kamis adalah hari kelima, maka Jumat adalah jumlah dari semuanya. 

Menurut sebagian riwayat, kata Jumat diambil dari kata jama’a yang artinya berkumpul. Yaitu, hari perjumpaan atau hari bertemunya Nabi Adam dan Siti Hawa di Jabal Rahmah. Kata Jumat juga bisa diartikan sebagai waktu berkumpulnya umat Islam untuk melaksanakan kebaikan sehingga tak aneh bila kemudian Allah memerintahkan umat Islam untuk melaksanakan shalat Jumat untuk merayakan hari istimewa tersebut.

Perintah shalat Jumat turun seiring dengan turunnya perintah shalat lima waktu. Ketika itu, Rasulullah masih berada di Makkah. Akibatnya, Rasulullah tidak langsung melaksanakan perintah tersebut karena kondisi yang tidak memungkinkan di kota itu. Shalat Jumat perdana baru dilakukan ketika Rasulullah hijrah ke Madinah.

Ketika itu, Senin, 12 Rabiul Awal 1 Hijriah atau 23 September 622 M, Rasulullah dan Abu Bakar As-Shiddiq menapakkan kaki memasuki Desa Quba’ yang tak jauh dari Madinah. Kedatangan mereka telah ditunggu oleh warga di seluruh kampung. Semua orang berhambur keluar dari rumah masing-masing ketika mengetahui Rasulullah dan Abu Bakar telah tiba di desa tersebut. 

Di desa Quba’ itu, Rasulullah kemudian beristirahat di rumah seorang lelaki lanjut usia yang  senantiasa dijadikan pangkalan oleh kaum Muslimin Makkah yang baru tiba di Madinah. Rumah itu adalah milik Kultsum bin Hadm. Sedangkan, Abu Bakar As-Shiddiq menuju rumah Khubaib bin Yasaf atau Kharijah bin Zaid di Sunh, sebuah desa yang tak jauh pula dari Madinah. 

Satu atau dua hari kemudian, Ali bin Abi Thalib tiba dari Makkah dan tinggal di rumah yang sama dengan Rasulullah. Rasulullah berdiam di Desa Quba’ selama empat hari, sejak Senin hingga Kamis. Lalu, atas saran ‘Ammar bin Yasir, beliau membangun Masjid Quba’. Inilah masjid pertama dalam sejarah Islam. Rasulullah sendiri yang meletakkan batu pertama di kiblat masjid tersebut dan kemudian diikuti oleh Abu Bakar As-Shiddiq, lalu diselesaikan beramai-ramai oleh para sahabat lainnya. 

sumber : Islam DIgest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement