Rabu 13 Nov 2019 01:50 WIB

Ashalina Safa Malaika Terus Dalami Ajaran Islam

Dia belajar membaca Al quran dan memahami makna yang terkandung di dalamnya.

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Mualaf
Foto:

Hingga Juli 2018, Asha sudah tidak bisa bertahan untuk menutupinya. Dia ingin bisa bebas shalat, mengaji, dan memakai jilbab. Akhirnya, Koh Hanny, sapaan akrabnya, meminta Asha untuk jujur dengan orang tuanya, tetapi tidak secara langsung. Ini untuk menghindari adanya kekerasan fisik ataupun emosi yang memuncak.

"Aku SMS papah dan mamah waktu mereka pulang ke Belitung, sejak saat itu, aku mengungsi ke pesantren mualaf Koh Hanny di Kota Wisata, Cibubur, karena takut saudara ada yang mendatangiku dan memaksa aku untuk menemui keluarga. Aku hanya berani bertemu keluarga jika ada Koh Hanny yang memediasi," ujar dia.

Kemudian, tiga hari berikutnya, Koh Hanny dan Asha bertemu dengan keluarga Asha di sebuah restoran. Ini salah satu cara agar keluarga mereka tetap berpikiran dingin karena berada di ruang publik. "Papah mau menerima karena selain Koh Hanny yang sesama Tionghoa, mereka juga pria dewasa yang paham budaya mereka. Papahku pun menerima penjelasan mengenai keislaman aku," tuturnya.

Keluarga Asha harus membuat perjanjian untuk tidak menghalanginya beribadah, mengaji, dan mengenakan jilbab. Meski mereka menerima, terkadang mamanya masih merasa sedih karena tak lagi bisa bergaul bebas bersama. Biasanya, mereka mengenakan pakaian yang terbuka dengan gaya rambut yang berganti-ganti, tetapi kini Asha berpakaian lebih sederhana dan menutup aurat.

Sejak menjadi Muslim, Asha berusaha menjalani Islam yang kafah. Kerudungnya menjadi lebih syar'i. Karena bisa berkomitmen, dia akhirnya memutuskan bergabung dengan Hijab Alila sebagai desainer. Sejak terbuka, keluarga besar Asha pun menerima. Islam yang dijalani Asha pun tidak aneh, justru sikap Asha terbukti semakin baik.

Inilah yang sebenarnya ingin dibuktikan Asha kepada keluarganya. Asha berusaha mengenalkan Islam yang baik dan damai. Meski terkadang mamanya masih sering meminta Asha untuk tak terlalu ketat dengan masalah pakaian. Apalagi, ketika Asha memutuskan mengenakan cadar, Papahnya pun ikut berkomentar yang tidak enak. Namun, Asha tetap sabar dalam menghadapinya.

"Di rumah ada pekerja laki-laki, tentu ada batasan mahram, jadi aku memang tetap berjilbab di rumah. Orang tuaku merasa aneh karena aku berjilbab di rumah, mereka merasa aku terlalu ekstrem. Padahal, aku menjalani Islam sesuai syariat yang mereka tidak mengerti adalah ada batasan mahram," jelas dia. Terkadang, Asha merasa sedih, tapi dia tetap berdoa agar keluarganya mendapatkan hidayah. Meski tak tahu kapan Allah akan memberikan keluarganya hidayah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement