Sabtu 09 Nov 2019 04:45 WIB

Cara Unik Muslim Nusantara Ekspresikan Bahagia Maulid Nabi

Tradisi unik Muslim Nusantara sambut Maulid SAW warisan leluhur.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Sekaten (ilustrasi)
Foto: Antara/Irwansyah Putra
Warga secara gotong royong memasak kuah beulangong (kari daging sapi) pada perayaan maulid Nabi Muhammad SAW di Desa Ilie, Banda Aceh, Aceh, Ahad (13/1/2019).

Kenduri Maulod, Aceh  

Dalam bahasa Aceh, perayaan Maulid Nabi disebut Kenduri Maulod atau memperingati kelahiran Pang Ulee Alam (penghulu alam).

Kenduri Maulod ini merupakan tradisi yang terbesar di Aceh. Sebab, hampir di setiap kecamatan warga di sana merayakannya. Dalam tradisi ini biasanya dilakukan penyembelihan sapi atau kerbau, bahkan hingga puluhan ekor tergantung tingkatannya.

Masyarakat Aceh sendiri memiliki sebutan semacam ini, "Hana rubah aneuek binantang nyan kon maulod (tidak ada penyembelihan anak binatang bukan disebut perayaan maulid)." Karenanya, jauh-jauh sebelum peringatan maulid digelar, masyarakat Aceh biasanya sudah mengumpulkan uang untuk membeli sapi atau kerbau.

Dalam tradisi ini, antara kampung tetangga biasanya saling memberitahukan jadwal acara kenduri. Sehingga, mereka saling mengundang antar kampung. Di Aceh Besar, misalnya, masyarakat kampung tetangga diundang datang ke masjid atau meusanah (mushalla) tempat diadakan kenduri. Biasanya, kegiatan ini dilakukan setelah shalat Ashar.  

Kampung yang mengundang kemudian menyediakan hidangan yang dibawa oleh setiap warga. Hidangan itu berisi lauk pauk serta nasi yang sudah dibungkus dengan daun pisang atau disebut bu kulah.

Sementara itu, di Aceh Besar dan sekitarnya ada istilah kuah beulangong (kuah belangga), yakni daging yang disembelih di kampung semuanya dimasak di pekarangan masjid. Masyarakat setempat tinggal mengambilnya, dan sebagian dari kuah belangong diberikan kepada masyarakat kampung lain yang diundang.

photo
Warga menyiapkan menu makanan untuk dinikmati bersama pada peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW (Maulid) di Desa Ilie, Ulee Kareng, Banda Aceh, Aceh, Ahad (13/1/2019).

Tradisi Baayun Kalimantan

Tradisi Maulid Nabi di Kalimantan Selatan, khususnya, dikenal dengan tradisi 'baayun'. Dalam tradisi ini, masyarakat melakukan pembacaan doa dan shalawat sambil mengayun-ayunkan anak dalam ayunan. Biasanya, tradisi ini digelar di beberapa tempat, salah satunya di area pemakaman Pangeran Suriansyah di daerah Banjarmasin.

Tradisi mengayunkan anak itu bukan tanpa tujuan. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, hal itu dilakukan agar sang anak bisa menjadi orang sehat, berbakti kepada orang tua, dan dapat mengikuti keteladanan Nabi Muhammad SAW saat besar nanti. Tradisi Baayun ini secara turun temurun dilakukan oleh masyarakat Suku Banjar.

Malamang, di Tanah Minang Sumatra

Di Minangkabau, Sumatra Barat, Maulid Nabi biasanya dimeriahkan dengan tradisi Malamang. Tradisi ini ditandai dengan menghidangkan Lamang dengan tapai sipuluik, yang juga terbuat dari beras ketan hitam atau beras ketan merah. Biasanya, Malamang dikerjakan oleh beberapa orang atau tim. Hikmah dari tradisi Malamang ini adalah warga bisa memupuk rasa kerjasama dan kebersamaan, khususnya masyarakat di Minangkabau.

Tradisi mambawo lamang, makan bajamba, biasanya dilakukan dengan menghadirkan nyanyian salawaik dulang (menyanyikan shalawat kepada nabi diiringi dengan tepuk-tepuk dulang). Tradisi Islam lokal warisan Syeikh Burhanuddin ini masih eksis hingga kini dalam masyarakat Pariaman.

Selain itu, adapula tradisi Bungo Lado dalam perayaan Maulid di Padang Pariaman, Sumatera Barat. Tradisi ini dilakukan dengan mengumpulkan pohon hias yang berupa uang. Uang tersebut berasal dari warga dan para perantau yang ingin menyumbang. Selanjutnya, uang itu nantinya disumbangkan untuk membangun rumah ibadah. (Kiki Sakinah)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement