Selasa 22 Oct 2019 18:48 WIB

Santri di Tasikmalaya Diharapkan Punya Daya Saing

Santri dari ratusan pesantren itu melakukan apel bersama dan kirab santri

Rep: Bayu Adji/ Red: Agung Sasongko
Santri pesantren Al-Barkah yang berada di Kampung Jajaranwaru Dusun Cikuya Desa Bojongsari Kecamatan Gunung Tanjung Kabupaten Tasikmalaya.
Foto: rumah zakat
Santri pesantren Al-Barkah yang berada di Kampung Jajaranwaru Dusun Cikuya Desa Bojongsari Kecamatan Gunung Tanjung Kabupaten Tasikmalaya.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Ribuan santri di Kota Tasikmalaya merayakan Hari Santri Nasional di Lapang Dadaha, Tasikmalaya Selasa (22/10). Santri dari ratusan pesantren itu melakukan apel bersama dan kirab santri di hari kebesaran mereka itu.

Walikota Tasikmalaya Budi Budiman mengatakan, perayaan hari santri kali ini terasa istimewa lantaran pesantren sudah memiliki payung hukum Undang-Undang (UU). Menurut dia, lahirnya UU Pesantren akan sangat membantu memajukan lembaga pendidikan yang selama ini belum diperhatikan tersebut.

"Pesantren kini menjadi lembaga mandiri. Ada pengakuan dari pemerintah kepada pesantren," kata dia, Selasa (22/10). 

Dengan adanya UU Pesantren, ia mengatakan, pesantren akan berkembang dengan pesat, termasuk juga Kota Tasikmalaya. Pasalnya, sudah ada payung hukum yang jelas untuk negara membantu pertumbuhan pesantren, termasuk dalam bentuk anggaran. Apalagi, Tasikmalaya juga dikenal sebagai kota santri. Ia menyebutkan, saat ini ada 267 pesantren yang terdata di Kota Tasikmalaya. 

Ia berharap, ke depan santri harus bisa menunjukan daya saingnya, khususnya dalam menghadapi era digital. Karena itu, selain pendidikan agama, para santri juga harus diajarkan mengenai industri digital. Menurut dia, santri adalah sumber daya manusia (SDM) yang sangat potensial jika dikembangkan dengan tepat.

Budi mengatakan, sejauh ini Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya sudah membantu tujuh pesantren dengan mendirikan balai latihan kerja (BLK). Hal itu dilakukan untuk meningkatkan kualitas santri agar memiliki daya saing. 

"Karena mereka (santri), nanti bukan hanya jadi guru ngaji saja, tapi juga pelaku ekonomi, politisi, pebisnis, atau bisa jadi apapun," ujar dia.

Dalam kegiatan itu, dibacakan juga Ikrar Santri yang berisi bahwa santri akan berpegang teguh pada ajaran, nilai, dan tradisi Islam. Santri juga bertanah air Indonesia, berideologi Pancasila, berkonstitusi satu UUD 1945, serta berkebudayaan Bhineka Tunggal Ika.

Santri juga selalu siap siaga menyerahkan jiwa dan raga membela tanah air dan bangsa Indonesia. Juga, santri akan ikutbberperan aktif dalam pembangunan nasional dan mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. 

Terakhir, santri pantang menyerah pantang putus asa serta siap berdiri di depan melawan pihak-pihak yang akan merongrong Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika, serta konstitusi dasar lainnya yang bertentangan dengan semangat kemerdekaan dan Resolusi Jihad Nahdatul Ulama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement