Rabu 23 Oct 2019 04:00 WIB

Menelusuri Jejak Islam di Kutub Utara

Islam menyebar ke seluruh penjuru dunia, tak terkecuali ke wilayah di Kutub Utara.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Agung Sasongko
Masjid Inuvik, Winnipeg

Gagasan untuk membangun masjid di Nunavut dimulai ketika Syed Asif Ali, seorang insinyur yang lahir di Pakisan yang tinggal di Toronto, ditawari pekerjaan untuk memeriksa ketel uap di Iqaluit. Daerah yang tidak memiliki masjid itu mendorong Syed untuk berinisiatif membangun masjid di sana. 

Di sana, Syed juga membantu mendirikan Masyarakat Islam Nunavut pada 2009. Mereka kemudian memulai proses rumit untuk membangun masjid. 

Tidak mudah untuk membangun masjid di wilayah jauh di utara bumi tersebut. Sebagian besar bahan bangunan harus didatangkan dari wilayah lain dan mereka juga harus menentukan lokasi yang cocok serta mendapatkan izin bangunan. 

Asosiasi Islam Nunavut kemudian bekerja sama dengan Zubaidah Tallab Foundation untuk meminta sumbangan dana dalam rangka membangun masjid tersebut. Setelah melewati proses panjang, pembangunan masjid di Nunavut dimulai pada 2014 dan masjid secara resmi dibuka pada 2016.

Dilansir di CBC, Hussain Gusti dari Yayasan tersebut mengatakan bahwa kehadiran masjid tersebut akan mendorong lebih banyak keluarga Muslim pindah ke ibukota Nunavut, Iqaluit. Bangunan masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga untuk pusat komunitas dan tempat mempelajari Islam. Selain itu, masjid ini juga mengoperasikan sebuah bank makanan. 

Komunitas Muslim di Iqaluit terus berkembang. Menurut Syed, Muslim di sana ada yang berasal dari Libya, Pakistan, Maroko dan daerah lainnya. Sementara itu, beberapa penduduk setempat yang menikah dengan Muslim pun kemudian menjadi mualaf. Populasi Muslim di Iqaluit sendiri sudah beragam. Mereka ada yang berprofesi sebagai insinyur, dokter, guru, pegawai pemerintah, dan sopir taksi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement