Nama ALLAH sebagai "proper name" telah diselewengkan menjadi sekedar sebutan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, di ataranya sebutan: "allah-allah lain adalah berhala", "allahku", "allahmu" ataupun "allahnya." Mereka berkata: "Siapa nama allahmu? Siapa nama allahnya orang Islam?" Ini merupakan fakta tekstual dan fakta sosial yang dapat menciderai kebhinekaan komunitas beragama.
Di kalangan Kristen Arab di Timur Tengah, mereka juga memahami nama ALLAH sebagai proper name, dan tidak bisa digabung dengan kata ganti milik. Semua teks Kristen Arab tertulis الهي (baca: ilahi), lit. "ilahku", الهكم (baca: ilahukum), lit."ilahmu/ ilah kalian semua), dan tidak ada penulisan ortografi Arab Kristen seperti berikut اللهي (baca: allahi), lit. "allahku", atau اللهكم (baca: allahukum), lit. "allahmu semua."
Teks UUD 1945 juga menyebut istilah "ALLAH" sebagai proper name (nama diri). Dalam pembukaan UUD '45 tertulis paragraf yang berbunyi: "Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa....." Hal ini juga disebutkan dalam teks Pancasila sebagaimana yang termaktub dalam Pembukaan UUD '45 pasal ke-1 disebutkan: "Ketuhanan Yang Maha Esa", bukan tertulis demikian: "Keallahan Yang Maha Esa."
Mengapa yang diviralkan malah membahas istilah "Pertiwi" atau "Wishu" yang justru hanya membuat kegaduhan di internal kaum Muslim? Kalau berani membahas itu sebenarnya topik yang lebih penting, yakni terkait nama ALLAH, yang saat ini di Indonesia telah diselewengkan maknanya sekedar sebagai sebutan umum oleh kaum Kristiani Indonesia.
Penjungkirbalikan nama ALLAH menjadi sekedar sebutan umum ternyata pertama kali digagas oleh H.C. Klinkert tatkala menerjemahkan Alkitab versi bahasa Melayu dari bahasa Belanda. Karya H.C. Klinkert tersebut berjudul "KITABOE LKOEDOES: Ija-itoe Segala Kitab Wasiat jang Lama dan Wasiat jang Beharoe. Tersalin kepada Behasa Melajoe. Tertjap atas Belanda (Amsterdam: Nederlandsch Bijbelgenootschap), 1916. Dalam konteks ini, mereka seharusnya lebih peduli untuk men-viral-kan masalah ini. Itu pun kalau mereka berani dan mau berpikir "out of the box."
Istilah ALLAH adalah nama diri dari Ilah (Tuhan) kaum Ahl Al-Kitab, sebagaimana firman ALLAH dalam kitab suci Quran.
وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ ۖ وَقُولُوا آمَنَّا بِالَّذِي أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَأُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَإِلَـٰهُنَا وَإِلَـٰهُكُمْ وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ ﴿٤٦﴾ العَنكبوت-٢٩
Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami (إلهنا) dan Tuhanmu (إلهكم) adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri".
ADONAI (TUHAN) sendiri telah berjanji akan menjadi Ilah (اله) atau Elohim (אלהים) bagi zera' (keturunan) Abraham, sebagaimana yang tertulis dalam Sefer Bereshit 17:7
וַהֲקִמֹתִ֨י אֶת־בְּרִיתִ֜י בֵּינִ֣י וּבֵינֶ֗ךָ וּבֵ֨ין זַרְעֲךָ֧ אַחֲרֶ֛יךָ לְדֹרֹתָ֖ם לִבְרִ֣ית עוֹלָ֑ם לִהְי֤וֹת לְךָ֙ לֵֽאלֹהִ֔ים וּֽלְזַרְעֲךָ֖ אַחֲרֶֽיךָ׃
"And I will establish My covenant between Me and thee and thy seed after thee throughout their generations for an everlasting covenant, to be a God unto thee and to thy seed after thee."
Siapakah yang dimaksud sebagai זרע (zera'), keturunan (benih) Abraham tersebut? Pada teks kitab suci Torah, Sefer Bereshit 21:12-13 disebutkan
ביצחק יקרא לך זרע
Be Yishchoq Yiqqore Lekho Zero' (melalui Ishaq, bagimu akan disebut Zera' - benihmu)
Sementara itu, untuk Ismael, ADONAI (TUHAN) juga berfirman dalam kitab suci Torah, Sefer Bereshit 21:13
כי זרעך הוא
Sebab dia/Ishmael adalah zera'mu - benihmu (ki zar'akho hu).
Umat Yahudi dan umat Islam menyembah Ilah/Elohim yang sama, dikenal dengan nama الله dalam bahasa Arab dan dikenal dengan nama יהוה dalam bahasa Ibrani.