REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Buzurg bin Shahriyar al- Ramhormuzi merupakan pemimpin pelayaran pada abad ke-10, yang mengarungi sejumlah wilayah yang sebelumnya tak pernah ia singgahi. Bukunya yang berjudul Books of the Wonders of India sangat berpengaruh.
Penerjemah buku ini ke dalam bahasa Inggris, Freeman-Grenville. Ia menyatakan, tak seperti judulnya yang dengan eksplisit mencantumkan India, buku tak bercerita secara khusus soal India.
Freeman-Grenville mengungkapkan, buku ini mempunyai variasi kisah sangat beragam dari berbagai wilayah dan negara. Harapan lain al-Ramhormuzi melalui buku yang ditulisnya, ujar dia, adalah untuk membawa keceriaan, serta cerita jenaka, yang dia kumpulkan dari sejawat sesama pelaut atau petualang.
Namun, hal itu tak memupus salah satu keistimewaan tulisan al-Ramhormuzi. Yaitu, setiap kisah bermakna mendalam. Bisa disimak dari salah satu kisah pembuka buku karya al-Ramhormuzi mengenai seorang raja dari sebuah wilayah di India, yang memutuskan memeluk Islam.
Cerita itu diperolehnya dari seorang pelaut tenar bernama Abu Muhammad al-Hasan bin Amr bin Hammawayh al-Najirani saat mereka bertemu di Basra. Dikisahkan, di wilayah yang kini disebut Kashmir, berkuasa salah seorang raja terkemuka di India, bernama Mahruk Raiq. Pemerintahannya berjalan dari tahun 883-900 Masehi.
Suatu hari, raja meminta kepada sejawatnya dari al-Mansura, yakni Abdallah bin Umar bin Abd al-Aziz, agar menerjemahkan buku hukum Islam ke dalam bahasa India. Permintaan itu disanggupi Abdallah, dan mengutus seorang cerdik pandai di al-Mansura untuk mengerjakan penerjemahan tersebut.
Dia seorang sastrawan, dan pernah berpetualang ke tanah Hindustan, serta menguasai bahasa India. Singkat kata, karya terjemahan yang dihasilkan sangat berkualitas, dan si cendekiawan turut memasukkan beberapa puisi bertema religius di dalamnya.
Raja dari India sangat tertarik pada buku terjemahan itu, khususnya terhadap puisi-puisi yang tercantum dalam terjemahan. Raja pun meminta kepada Abdallah untuk mendatangkan sang sastrawan kepadanya. Maka, dipenuhi kembali permintaannya. Sastrawan itu akhirnya tinggal di India selama sekitar tiga tahun. Setelah itu, sastrawan kembali ke al-Mansura. Kepadanya, Abdallah lantas bertanya seputar sosok raja India.
Dia pun menceritakan kesannya tentang sang raja, serta informasi penting bahwa raja India itu sudah memeluk agama Islam. Menurutnya, raja India begitu terkesan dengan ajaran-ajaran agama Islam. Hal tersebut berlangsung pada saat raja meminta sastrawan menjelaskan tentang Alquran serta keesaan Allah SWT.
Dengan kata tegas nan bermakna dari sastrawan, nilai Islam pun terserap di dalam sanubari sang raja. Tak berapa lama kemudian, raja berketetapan hati menjadi seorang Muslim. Hanya saja, sambung sang sastrawan, keputusan itu belum dinyatakan secara terbuka karena khawatir bisa berdampak pada kekuasaannya.