Rabu 09 Oct 2019 18:49 WIB

Takmir Masjid Blak-blakan Mengapa UAS Dilarang di UGM

Salah satu alasan UAS dilarang diduga karena ada tekanan dari alumni.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Teguh Firmansyah
Ketua Takmir Masjid UGM, Drs Mashuri Maschab, saat ditemui  Republika di kediamannya di Sleman, Rabu (9/10).
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Ketua Takmir Masjid UGM, Drs Mashuri Maschab, saat ditemui Republika di kediamannya di Sleman, Rabu (9/10).

REPUBLIKA.CO.ID,  SLEMAN -- Rektorat Universitas Gadjah Mada (UGM) menolak kedatangan Ustaz Abdul Somad (UAS). Ketua Takmir Masjid UGM, Drs Mashuri Maschab, menilai, penolakan itu cuma alasan menutupi ketidaksukaan UGM.

"Kita harus berterus terang, UGM tidak menyukai UAS," kata Mashuri saat ditemui Republika.co.id di kediamannya, Sleman, Rabu (9/10).

Baca Juga

Ketika menemui dua wakil rektor UGM, Djagal Wiseso dan Bambang Agus, Mashuri sudah menyampaikan kalau mereka tidak akan berbohong. Maka itu, ia mengaku tidak akan menutupi apa pun dan bicara yang terjadi.

Selama pertemuan, lanjut Mashuri, Djagal menyebutkan berbagai alasan. Salah satunya tekanan alumni. Namun, Djagal meyakini, salah satu penjelasan soal tekanan alumni dari luar menjadi alasan terkuat UGM untuk membatalkan kedatangan UAS.

"Alasannya itu karena UGM dapat tekanan, saya bilang, 'pak kalau kita bicara tekanan kita harus seimbang, ada yang pro dan kontra, ada yang suka ada yang tidak suka, itu harus diperhatikan'," ujar Mashuri.

Sayang, lanjut Mashuri, saat itu Djagal tidak mengungkapkan alumni yang dimaksud. Bahkan, Mashuri sempat menanyakan apakah alumni itu pernah ke masjid, berinfaq ke masjid, sampai menolak acara-acara masjid?

"Nah kalau alumni itu di Jakarta, di Manado, misalkan, menolak cuma lewat WA, kan tidak adil, kalau alumni yang menolak itu sering datang itu pasti kita perhatikan," kata Mashuri.

Diskusi panel

Mashuri menerangkan, Takmir Masjid UGM sendiri sudah memenuhi kondisi kondisi yang diminta sebelum mengundang UAS. Mulai dari tidak memakai baliho, spanduk atau banner sampai tidak memakai konsep tabligh akbar.

Ia menjelaskan, konsepnya memang seperti diskusi panel dan terbilang serius, tanpa banyak gelak tawa. Karena itu, takmir Masjid UGM memang tidak menyebarkan undangan-undangan secara luas.

Walau komunikasi kepada UAS sudah dilakukan sejak 11 September 2019 lalu, kabar itu tidak lantas disebarluaskan. Bahkan, Rektorat, Dekan, Kepala Pusat Studi lebih dulu disampaikan baru ke rekan-rekan takmir.

Itu pula tampaknya yang membuat kesabaran Mashuri sudah mencapai puncak. Sebab, ketika kondisi-kondisi itu sudah dipenuhi, takmir Masjid UGM tetap diminta membatalkan rencana mendatangkan UAS.

"Tadi saya sudah mengatakan, Pak (Djagal) saya ini orang jujur, saya tidak mau berbohong, dan kali ini kalau misalnya masih dilarang saya tidak akan menutup-nutupi, saya akan bicara ke publik," ujar Mashuri.

Ia menegaskan, Takmir Masjid UGM memang telah mengundang UAS untuk datang. Karenanya, Mashuri mengaku tidak akan pernah membohongi diri mengatakan dia membatalkan karena memang dia tidak mau membatalkan.

"Saya tidak akan membohongi diri saya, kemudian (agar) tidak datang menggunakan alasan macam-macam, ya sudah, karena yang melarang bukan saya," kata Mashuri.

Sebelumnya, UAS sendiri diundang takmir Masjid UGM untuk hadir pada Sabtu (12/10) mendatang. Rencananya, UAS akan mengisi kuliah umum bertajuk Integrasi Islam dengan IPTEK: Pondasi Kemajuan Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement