Kamis 03 Oct 2019 14:24 WIB

JK Harapkan Masjid Jadi Pusat Pemberdayaan Ekonomi

Jumlah masjid di Indonesia mencapai ratusan ribu.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Muhammad Hafil
(ilustrasi) Masjid Jami Haji Amir Hasanuddin di Tenggarong, Kutai Kertanegara, Kaltim
Foto: tangkapan layar wikipedia
(ilustrasi) Masjid Jami Haji Amir Hasanuddin di Tenggarong, Kutai Kertanegara, Kaltim

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) berharap masjid bisa jadi pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat. Apalagi masjid sangat terbuka bagi masyarakat yang ada di sekelilingnya. Artinya, akan lebih mudah jika masjid menjadi tempat untuk mendorong ekonomi masyarakat menjadi lebih baik.

"Ke masjid itu orang datang tidak perlu diundang. Di sana bicara masalah ekonomi, kesehatan, pendidikan. Sekarang permasalahan yang paling menonjol adalah bagaimana mengurangi kemiskinan. Karena itu lah maka masjid harus mempunyai fungsi ekonomi," kata JK saat melanting pengurus Dewan Masjid Indonesia Wilayah Jawa Timur di Surabaya, Kamis (3/10).

Baca Juga

Juduf Kalla mengungkapkan, jumlah masjid di Indonesia yang telah terdata jumlahnya ada 800 ribu masjid. Namun, jika dijumlahkan dengan yang belum terdata, jumlahnya bisa mencapai satu juta. Maka dari itu, akan sangat efektif jika dijadikan sebagai pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat.

"Usaha-usaha kecil bisa dikoordinasi atau dihububgkan dengan bank lewat masjid. Kita bisa bikin pelatihan-pelatihan di masjid, bagaimana industri kecil bisa dikelola. Karena ini adalah masjid masyarakat jadi masyarakat harus dimajukan lewat masjid. Jangan masjidnya indah tapi masyarakat sekelilingnya miskin," ujar Jusuf Kalla.

Selain itu, lanjut Jusuf Kalla, hampir 80 perswn aktivitas di masjid adalah mendengarkan. Sementara ibadah dan berdoa hanya 20 persen. Artinya, ceramah-ceramah atau khutbah-khutbah yang digelar di masjid, bisa diisi dengan pembekalan tentang pemberdayaan ekonomi masyarakat.

"Itulah kenapa kita utamakan memperbaiki sound sistem masjid. Karena 80 persen waktu kita di masjid itu mendengarkan. Mendengarkan khotbah, ceramah, pengajian, laporan keuangan. Apabila sound sistem itu tidak bagus maka 80 persen itu menjadi hilang maknanya," kata Jusuf Kalla.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement