Rabu 02 Oct 2019 16:30 WIB

Torehan Tinta Emas Peradaban Islam

Dinasti-Dinasti Islam menarih perhatian khusus terhadap ketersediaan tinta.

Tinta Lukis. Ilustrasi
Foto: CNN
Tinta Lukis. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu faktor yang telah mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan dan seni rupa di dunia Islam adalah tersedianya tinta dan zat warna. Tinta dan zat warna merupakan bahan yang sangat penting untuk menopang aktivitas keilmuan dan seni rupa.

Karena itulah, umat Muslim di zaman kekhalifahan memberi perhatian khusus terhadap ketersediaan tinta dan zat warna. Perkembangan industri tinta dan zat warna direkam secara khusus oleh Al-Muzz Ibnu Badis (wafat 416 H/1025 H) dalam bukunya bertajuk, Umdat Al-Kuttab (Buku tentang Keahlian Menulis dan Peralatan Orang-orang Arif). Peradaban Islam memang bukanlah yang pertama menemukan tinta dan zat warna.

Menurut catatan sejarah, perabadan Cina telah menemukan tinta untuk menghitam - kan permukaan gambar dan tulisan yang terpahat pada batu sekitar 5.000 tahun yang lalu. Mereka membuat tinta dari campuran jelaga dari asap kayu cemara, lampu minyak, dan jelatin dari kulit binatang serta darah yang dibekukan.

Ada pula yang menyebutkan, tinta telah digunakan peradaban India Kuno pada abad ke-4 SM. Hal itu terungkap dari sebuah naskah kuno India, Kharosthi, yang ditemukan para arkeolog di wilayah Turkistan Cina, sekarang Provinsi Xinjiang. ‘’Resep pembuatan tinta telah ditemukan 1.600 tahun lalu,’‘ ungkap Sharon J Hutington.

Will Kwiatkowski dalam bukunya berjudul, Ink and Gold: Islamic Calligraphy, menuturkan, produksi tinta di dunia Islam telah dimulai pada 1.000 tahun yang lalu. Pada masa itu, tinta digunakan untuk menulis kaligrafi.

Produksi tinta sama pesatnya dengan pencapaian dunia Islam di bidang seni kaligrafi. Produksi tinta berkembang di setiap kekhalifahan, seperti Abbasiyah (749-1258), Seljuk (1055- 1243), Safawiyah (1520-1736), dan Mughal (1526-1857).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement