Rabu 02 Oct 2019 15:45 WIB

Menkominfo: Pendidikan Islam Ekosistem Kuat Tangkal Hoaks

Pendidikan Islam dapat mengambil peran strategis sebagai imunisasi dari hoaks.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agung Sasongko
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara kepada wartawan di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (22/8).
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara kepada wartawan di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (22/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara mengatakan, zaman yang mengalami disrupsi harus diantisipasi dengan baik oleh segenap stakeholder pendidikan Islam. Sebab pendidikan Islam merupakan ekosistem kuat penangkal hoax.

"Pendidikan Islam dapat mengambil peran strategis sebagai imunisasi generasi muda dari hoaks, fitnah dan namimah," kata Rudiantara saat membuka sidang Annual International Conference On Islamic Stuides (AICIS) 2019 di Hotel Mercure Batavia, Jakarta, Selasa (1/10) malam.

Menkominfo mengatakan, populasi umat Islam yang besar di Indonesia sangat berpotensi untuk mengambil peran sebagai penangkal hoaks. Dia juga mengingatkan, saat ini zaman telah berubah dan semua urusan hidup sudah ada di gawai.

Di tengah perubahan zaman yang cepat, maka pendidikan Islam dipaksa masuk ke dalam paradigma baru. Menurutnya, pengajaran saat ini tentu saja tidak bisa textbook lagi. "Generasi saat ini harus didorong kreatif dan selalu bertanya mengapa harus begini dan mengapa tidak begitu," ujarnya.

Akan tetapi, Menkominfo mengatakan, zaman yang bergerak cepat ini sejatinya dapat menjadi peluang bagi Bangsa Indonesia. Indonesia adalah negara besar yang bisnis digitalnya akan melonjak diperkirakan mencapai 130 milyar dolar AS di tahun 2020.

Sebagaimana diketahui, AICIS adalah forum kajian keislaman yang diinisiasi Kementerian Agama (Kemenag) sejak 19 tahun lalu. Pertemuan para pemikir Islam sejagat ini menjadi tempat bertemunya para pemangku kepentingan studi Islam yang diharapkan menjadi barometer perkembangan kajian Islam dunia. Pada gelaran AICIS ke-19 ini, sekitar 1.700 sarjana Muslim berkumpul di Indonesia.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kemenag, Kamaruddin Amin mengatakan, pertemuan dalam AICIS memang diarahkan agar sarjana dan akademisi Islam dapat berkontribusi memecahkan masalah dunia. Pendidikan Islam adalah ekosistem besar, saat ini terdapat hampir seribu perguruan tinggi Islam. Juga terdapat 72 ribu pendidikan dasar-menengah, 30 ribu pesantren, dan 7 juta madrasah takmiliyah.

"Dari lembaga itu terdapat 10 juta siswa, 4 juta santri, 1 juta guru, 32 ribu dosen, 500 profesor, dan 6.000 doktor. Total stakeholder pendidikan Islam berjumlah 28 juta," kata Kamaruddin.

Menurutnya, bila sumberdaya pendidikan Islam yang besar tersebut dikelola dengan baik dan diarahkan untuk berkontribusi terhadap hal-hal positif. Maka hasilnya akan luar biasa bagi.

AICIS tahunan ini mengambil tema 'Digital Islam, Education and Youth: Changing Landscape of Indonesian Islam'. Pertemuan ini membahas 450 paper dari 1.300 paper yang diseleksi. Tema-tema yang dibahas antara lain Religion and Philosophy in the Post-truth Age, Response to the Era of Disruption, Making and Consuming Islam Online: The Reconfiguration of a Discursive Tradition?, dan Islam in the Digital Age Islamic Philoshopy for Millennials.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement